BUDIDAYA TERNAK DOMBA
( Bovidae )
1. SEJARAH SINGKAT
Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya
diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa
Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei)
yang berasal dari Asia.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh
pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar
95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh
berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar
mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang
digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. JENIS
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita
mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:
1) Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
2) Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
3) Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur
seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
4) Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino
dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor
gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan domba ekor tipis
yang banyak terdapat di Jawa Barat
4. MANFAAT
Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum
memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak
domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
PERSYARATAN LOKASI
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar
dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air,
jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari
pusat pemasaran dan pakan ternak.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan
jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan
terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang
diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil,
misalnya dari atap rumbia.
Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
a) Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas
kandang 1 x 1 m.
b) Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3
bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan
luas 0,75 x 1 m.
c) Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas
2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan,
palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat
kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
a. Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong
digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air
kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah
diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan
besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak
tercecer keluar.
b. Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman.
Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran
dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi
keranjang rumput yang diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan,
agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
6.2. Penyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit,
berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta
kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha
ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-
sifat yang baik.
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
a) Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga
sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan ekor normal.
b) Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan
keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar
dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi,
mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif
cepat.
2) Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah
pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan
siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8
bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini
dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan
berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
3) Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba,
kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa
karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan
pada bekas potongan tali pusar.
Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya
sebagai berikut:
a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
e. Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak
domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan
menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati
anaknya hingga kering dan bersih.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari
sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci
dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang.
Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
2) Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat.
Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
3) Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan
dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan
hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk
domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan
diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang
berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan
disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar matahari pagi.
b. Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. Dilakukan minimal 6 bulan
sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba
dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki
domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut
kedepan dan searah dengan punggung domba.
c. Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau
rantan, pisau kuku atau gunting.
4) Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam
jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan
pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko
dan rumput alam.
b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun
kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro.
c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang
sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun
beringin.
d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur,
bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
e. Pemberian probiotik MiG Ternak / migro SUPLEMEN diberikan setiap kali
pemberian lolohan atau comboran. Dosis probiotik sekali sehari dengan dosis
10ml probiotik MiG Ternak / migro SUPLEMEN cukup untuk 2 atau 3 ekor. Cara
pengaplikasiannya adalah campur dengan air secukupnya, kemudian berikan
merata pada pakan (hijauan/kacang2an/konsentrat).
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan
dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:
a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:
a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
b. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
c. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
d. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
e. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
f. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
g. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
h. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
i. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
j. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
k. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
l. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
a. m.Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
m. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
n. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
Selasa, 21 September 2010
Rabu, 15 September 2010
Monoteisme dan Politeisme, apanya yang salah...??
m Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Monoteisme dan Politeisme, apanya yang salah...??
Yang salah dengan politheisme, adalah bahwa karena politheis mengakui adanya banyak Tuhan.
Lalu apa yang salah bila Tuhan banyak?
Alam semesta akan kacau. Sebab perintah Tuhan yang satu dapat bertentangan dengan perintah Tuhan yang lain.
Misalnya:
Allah, Tuhannya orang Islam, memerintahkan matahari terbit dari timur, setelah kemarin sore beristirahat di kolam lumpur yang kotor di kaki Allah.
Tetapi Yahweh, Tuhannya orang Yahudi, memerintahkan matahari terbit dari selatan (mungkin masing-masing Tuhan ini ikut terpengaruh oleh permusuhan para pengikutnya yang sedang berlangsung di Timteng).
Lalu matahari, karena binggung, memilih jalan sendiri, terbit dari utara. Jadi kacau balaulah alam semesta ini. Ini tentu saja pandangan para pengikut monotheisme.
Allah mengurus segala dari kursinya yang dipikul oleh para malaikat di langit ketujuh dari soal besar seperti menciptakan alam semesta, mengatur terbitnya matahari, sampai masalah-masalah pribadi dalam rumah tangga nabi atau utusannya, misalnya pertengkaran para istri karena cemburu, dan juga menentukan jodoh dan perceraian para pemain sinetron Indonesia.
Tugasnya yang paling menyita waktu tetapi mungkin yang paling mengasyikan adalah meniup roh ke dalam janin yang baru berumur 40 hari yang masih ada dalam perut ibunya. Tak perduli janin itu hasil perkawinan resmi atau perselingkuhan.
Saya tidak mempunyai informasi apakah Yahweh dalam Torah (Perjanjian Lama) atau Kristus dalam Perjanjian Baru juga melakukan tugas yang melelahkan namun menyenangkan ini?
Dalam monotheisme segala hal digantungkan pada Tuhan, kata Toynbee.
Tuhan yang mahakuasa yang telah menciptakan alam semesta lalu menjadi God of small thing. Dan karena itu seringkali menjadi “a medling God” Tuhan yang usil, suka campur tangan. Dalam monotheisme, hukum alam (Rta) dan hukum yang mengatur manusia (karma), adalah musuh Tuhan, karena hukum-hukum itu menghalangi atau mengurangi kekuasaannya.
Tuhan dalam monotheisme dianggap sama dengan manusia, tetapi manusia yang tidak bijaksana, gila kuasa, cumburu, pembalas dendam dll.
Richard Dawkin menggambarkan Tuhan dalam monotheisme rumpun Yahudi yang sifat-sifatnya sangat tidak menyenangkan dalam seluruh khayalannya : cemburu dan bangga dengannya; yang picik, gila-mengatur dan tanpa-maaf; yang pembalas dendam, pembersih etnis yang haus darah; yang pembenci perempuan, pembenci manusia, rasis, pembunuh anak-anak bayi, pembunuh suku-suku bangsa, pembunuh anak-ananya sendiri, pembuat gerubug/epidemi, megalomaniak, sadomasokistik / memperoleh kenikmatan dari kekejaman yang dilakukannya, penggertak atau pengganggu jahat yang suka beringkah laku semaunya) atau yang secara singkat oleh Thomas Jefferson, salah seorang bapa pendiri Amerika Serikat dikatakan “a being of terrific character –cruel, vindicative, capricious and unjust” (satu mahluk dengan sifat mengerikan – kejam, pembalas dendam, bertingkah laku semaunya dan tidak adil) (Richard Dawkins : The GOD Delusion”, 2006, hal 31).
Tetapi menurut David Hume, filsuf Inggris (1711 – 1776) “Politheisme diikuti dengan kelebihan yang nyata, bahwa dengan membatasi kekuasaan dan fungsi dari para Dewa, dia secara alamiah mengakui dewa-dewa (atau Tuhan-Tuhan) dari sekte, bangsa atau agama lain.” Dengan kata lain, pengikut politheisme sangat toleran. Hampir tidak pernah ada peperangan yang dikobarkan karena perintah tuhan dalam politheisme.
Lalu apa cacat monotheisme?
Paham ketuhanan ini telah mengobarkan perang-perang dahsyat, genosida, sejak jaman Moses sampai sekarang.
Ketika Moses (Musa) hendak membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan Mesir, Yahweh mengirimkan wabah untuk membunuh anak-anak lelaki pertama dari setiap keluarga Mesir, serta anak-anak ternak mereka. Yahweh juga menuangkan racun ke sungai Nil. Andaikata saja Yahweh adalah “a yogic god” seperti kata Gore Vidal, sebetulnya ia tidak perlu melakukan kekejaman itu, tetapi cukup dengan mengobah hati Pharaoh, sehingga ia secara sukarela membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan. Tetapi Yahweh malah mengeraskan hati Pharaoh untuk menolak membebaskan mereka, sehingga Yahwih memiliki alasan untuk melakukan genosida yang keji.
Kekejaman yang dilakukan oleh Yahweh terhadap orang-orang Mesir masih memiliki alasan moral, yaitu karena bangsa Mesir telah memperbudak bangsa Israel. Tetapi Yahweh juga melakukan genosida terhadap bangsa Canaan.
Apa kesalahan orang Canaan?
Tidak ada selain bahwa mereka memuja Tuhannya sendiri, yang lain dari Yahweh Musa, dan karena tanahnya hendak dirampas dan diberikan kepada bangsa Israel. Untuk itu semua lelaki Canaan yang sudah dewasa harus dibunuh, para gadisnya yang masih perawan dijadikan budak. Tindakan Yahweh terhadap bangsa Canaan betul-betul immoral. Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa keturunan Yahudi tetapi atheistic mengatakan, bagi suatu bangsa pengembara, bekas budak, yang ingin memiliki wilayah untuk menetap sebagai bangsa yang utuh, memang diperlukan Tuhan yang militant dan ganas seperti Yahweh.
Selama 300 tahun sejak pembentukannya, agama Kristen merupakan agama kecil yang damai. Tetapi ketika Kaisar Romawi Konstantin I memeluk Kristen, agama Kristen menjadi agama resmi bangsa Romawi, dan sejak itu pula Kristen diberikan watak imperialisme Romawi. Penyebaran Kristen di Eropa pada millennium pertama, di Amerika dan Afrika pada millennium kedua, dilakukan dengan penuh kekerasan.
Muhammad, oleh Max Weber, disamakan dengan Musa, yaitu sebagai nabi bersenjata.
Bila Musa atas perintah Yahweh cukup hanya menghendaki wilayah Canaan, Allah memerintahkan orang-orang Muslim untuk terus melakukan jihad agar Islam adalah satu-satunya agama Allah di atas muka bumi ini. Dalam seratus tahun sejak kelahirannya Islam telah menguasai wilayah dari Maroko di barat Afrika sampai India di sebelah timur.
Kekerasan di antara para penganut monotheisme ini berlangsung lama. Perang antara orang Katolik dan Protestan yang berlangsung di Eropa selama 300 tahun. Perang salib antara Kristen dan Islam yang berlangsung selama 8 gelombang. Penyebaran agama yang dilakukan secara kekerasan oleh kedua agama ini yang mengalirkan darah paling banyak dalam sejarah manusia, serta penghancuran terhadap budaya asli.
Demikian dikatakan oleh Arthur Schoupenhauer, David Hume, Arnold J Toynbee, dan banyak lagi. Gore Vidal, pengarang Amerika mengatakan “Kejahatan terbesar yang tidak terucapkan pada titik pusat dari kebudayaan kita adalah monotheisme. Dari naskha barbar jaman perunggu yang dikenal sebagai Perjanjian Lama tiga agama anti kemanusiaan telah berkembang – agama Yahudi, Kristen dan Islam.” (baca Media Hindu, edisi 19, September 2005). Kemarahan monotheisik (monotheistic fury) ini masih terasa sampai sekarang. Bali merasakannya dua kali dalam bentuk pengeboman di Kuta.
Kalau ada orang mengatakan Hindu menganut politheisme, secara spontan kita akan jawab :
“Tidak! Hindu juga monotheisme.”
Perhatikan : “Hindu juga..!”
Dalam Weda disebut mengenai banyak Dewa, bahkan konon ada 33.000 dewa.
Tetapi di daam Weda juga terdapat banyak mantra yang menyatakan “Tuhan itu satu, tiada yang kedua, yang ketiga dan yang keempat” “Dia satu tetapi oleh orang bijaksana disebut dengan berbagai nama” Satu, bukan dalam arti monotheisme.
Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam teks-teks Upanisad. Hampir seluruh teks dalam Upanisad yang berbicara tentang Brahman menjelaskan Dia ada di dalam dan juga di luar ciptaan. Dalam salah satu teks disebutkan, atman itu memasuki manusia sampai ujung rambut dan ujung kukunya. (Brahmana-Kausitaki Upanisad IV. 20).
Jadi berdasarkan penjelasan sruti itu, Hindu adalah pantheistik. (Baca buku P.J Zoetmulder “Manunggaling Kawula Gusti, Pantheisme Dan Monisme Dalam Sastra Suluk Jawa.”)
Kembali ke pantheisme...
Mengingat kajahatan yang telah dilahirkan olen monotheisme, Dr Arnold Joseph Toynbee, dengan tegas mengajak manusia kembali ke pantheisme : “Sekarang telah menjadi jelas bahwa satu bab yang memiliki awal Barat akan seharusnya memiliki satu akhir India bila dia tidak ingin berakhir dalam penghancuran diri sendiri dari ras manusia.
Pada saat yang amat sangat berbahaya dari sejarah manusia, satu-satunya jalan keselamatan adalah jalan kuno Hindu.
Di sini kita memiliki sikap dan semangat yang dapat membuat mungkin bagi ras manusia untuk tumbuh bersama dalam satu keluarga tunggal. Jadi sekarang kita berpaling ke India : hadiah spiritual ini, yang membuat manusia (memiliki) kemanusian (that make a man human), masih tetap hidup dalam jiwa-jiwa India. Teruslah memberikan hal ini pada dunia.
Tidak ada apapun yang lain yang dapat memberikan demikian banyak untuk membantu ras manusia (mankind) menyelamatkan dirinya dari penghancuran.” (Sejarawan Inggris 1889 – 1975).
Mengapa saya mengajukan pertanyaan ini?
Karena selama ini kita seolah-olah menjadi budak pemikiran Kristen dan Islam. Kita menelan saja kategori-kategori yang ditetapkan, atau opini-opini yang dibentuk oleh kedua agama ini. Mengenai paham ketuhanan, kita percaya begitu saja, bahwa politheisme itu buruk/salah dan monotheisme itu benar/baik.
Ketika kita betul-betul mengajukan pertanyaan-pertanyaan pertanyaan radikal (radic = akar), kita tidak menemukan kesalahan berarti di dalam paham ketuhanan yang dipandang rendah selama ini, malah kita menemukan kebaikan di dalamnya. Justru sebaliknya kita menemukan cacat bahkan kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan di dalam paham ketuhanan yang dianggap paling benar selama ini.
Kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan radikal terhadap katefori, dogma dan opini yang dibentuk oleh agama lain terutama yang ditujukan untuk meremehkan Hindu. Dan tentu saja kita dapat mengajukan pertanyaan radikal, bila kita mempelajari agama lain secara sungguh-sungguh.
Om santi, santi, santi Om
Sumber : cybertokoh
Monoteisme dan Politeisme, apanya yang salah...??
Yang salah dengan politheisme, adalah bahwa karena politheis mengakui adanya banyak Tuhan.
Lalu apa yang salah bila Tuhan banyak?
Alam semesta akan kacau. Sebab perintah Tuhan yang satu dapat bertentangan dengan perintah Tuhan yang lain.
Misalnya:
Allah, Tuhannya orang Islam, memerintahkan matahari terbit dari timur, setelah kemarin sore beristirahat di kolam lumpur yang kotor di kaki Allah.
Tetapi Yahweh, Tuhannya orang Yahudi, memerintahkan matahari terbit dari selatan (mungkin masing-masing Tuhan ini ikut terpengaruh oleh permusuhan para pengikutnya yang sedang berlangsung di Timteng).
Lalu matahari, karena binggung, memilih jalan sendiri, terbit dari utara. Jadi kacau balaulah alam semesta ini. Ini tentu saja pandangan para pengikut monotheisme.
Allah mengurus segala dari kursinya yang dipikul oleh para malaikat di langit ketujuh dari soal besar seperti menciptakan alam semesta, mengatur terbitnya matahari, sampai masalah-masalah pribadi dalam rumah tangga nabi atau utusannya, misalnya pertengkaran para istri karena cemburu, dan juga menentukan jodoh dan perceraian para pemain sinetron Indonesia.
Tugasnya yang paling menyita waktu tetapi mungkin yang paling mengasyikan adalah meniup roh ke dalam janin yang baru berumur 40 hari yang masih ada dalam perut ibunya. Tak perduli janin itu hasil perkawinan resmi atau perselingkuhan.
Saya tidak mempunyai informasi apakah Yahweh dalam Torah (Perjanjian Lama) atau Kristus dalam Perjanjian Baru juga melakukan tugas yang melelahkan namun menyenangkan ini?
Dalam monotheisme segala hal digantungkan pada Tuhan, kata Toynbee.
Tuhan yang mahakuasa yang telah menciptakan alam semesta lalu menjadi God of small thing. Dan karena itu seringkali menjadi “a medling God” Tuhan yang usil, suka campur tangan. Dalam monotheisme, hukum alam (Rta) dan hukum yang mengatur manusia (karma), adalah musuh Tuhan, karena hukum-hukum itu menghalangi atau mengurangi kekuasaannya.
Tuhan dalam monotheisme dianggap sama dengan manusia, tetapi manusia yang tidak bijaksana, gila kuasa, cumburu, pembalas dendam dll.
Richard Dawkin menggambarkan Tuhan dalam monotheisme rumpun Yahudi yang sifat-sifatnya sangat tidak menyenangkan dalam seluruh khayalannya : cemburu dan bangga dengannya; yang picik, gila-mengatur dan tanpa-maaf; yang pembalas dendam, pembersih etnis yang haus darah; yang pembenci perempuan, pembenci manusia, rasis, pembunuh anak-anak bayi, pembunuh suku-suku bangsa, pembunuh anak-ananya sendiri, pembuat gerubug/epidemi, megalomaniak, sadomasokistik / memperoleh kenikmatan dari kekejaman yang dilakukannya, penggertak atau pengganggu jahat yang suka beringkah laku semaunya) atau yang secara singkat oleh Thomas Jefferson, salah seorang bapa pendiri Amerika Serikat dikatakan “a being of terrific character –cruel, vindicative, capricious and unjust” (satu mahluk dengan sifat mengerikan – kejam, pembalas dendam, bertingkah laku semaunya dan tidak adil) (Richard Dawkins : The GOD Delusion”, 2006, hal 31).
Tetapi menurut David Hume, filsuf Inggris (1711 – 1776) “Politheisme diikuti dengan kelebihan yang nyata, bahwa dengan membatasi kekuasaan dan fungsi dari para Dewa, dia secara alamiah mengakui dewa-dewa (atau Tuhan-Tuhan) dari sekte, bangsa atau agama lain.” Dengan kata lain, pengikut politheisme sangat toleran. Hampir tidak pernah ada peperangan yang dikobarkan karena perintah tuhan dalam politheisme.
Lalu apa cacat monotheisme?
Paham ketuhanan ini telah mengobarkan perang-perang dahsyat, genosida, sejak jaman Moses sampai sekarang.
Ketika Moses (Musa) hendak membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan Mesir, Yahweh mengirimkan wabah untuk membunuh anak-anak lelaki pertama dari setiap keluarga Mesir, serta anak-anak ternak mereka. Yahweh juga menuangkan racun ke sungai Nil. Andaikata saja Yahweh adalah “a yogic god” seperti kata Gore Vidal, sebetulnya ia tidak perlu melakukan kekejaman itu, tetapi cukup dengan mengobah hati Pharaoh, sehingga ia secara sukarela membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan. Tetapi Yahweh malah mengeraskan hati Pharaoh untuk menolak membebaskan mereka, sehingga Yahwih memiliki alasan untuk melakukan genosida yang keji.
Kekejaman yang dilakukan oleh Yahweh terhadap orang-orang Mesir masih memiliki alasan moral, yaitu karena bangsa Mesir telah memperbudak bangsa Israel. Tetapi Yahweh juga melakukan genosida terhadap bangsa Canaan.
Apa kesalahan orang Canaan?
Tidak ada selain bahwa mereka memuja Tuhannya sendiri, yang lain dari Yahweh Musa, dan karena tanahnya hendak dirampas dan diberikan kepada bangsa Israel. Untuk itu semua lelaki Canaan yang sudah dewasa harus dibunuh, para gadisnya yang masih perawan dijadikan budak. Tindakan Yahweh terhadap bangsa Canaan betul-betul immoral. Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa keturunan Yahudi tetapi atheistic mengatakan, bagi suatu bangsa pengembara, bekas budak, yang ingin memiliki wilayah untuk menetap sebagai bangsa yang utuh, memang diperlukan Tuhan yang militant dan ganas seperti Yahweh.
Selama 300 tahun sejak pembentukannya, agama Kristen merupakan agama kecil yang damai. Tetapi ketika Kaisar Romawi Konstantin I memeluk Kristen, agama Kristen menjadi agama resmi bangsa Romawi, dan sejak itu pula Kristen diberikan watak imperialisme Romawi. Penyebaran Kristen di Eropa pada millennium pertama, di Amerika dan Afrika pada millennium kedua, dilakukan dengan penuh kekerasan.
Muhammad, oleh Max Weber, disamakan dengan Musa, yaitu sebagai nabi bersenjata.
Bila Musa atas perintah Yahweh cukup hanya menghendaki wilayah Canaan, Allah memerintahkan orang-orang Muslim untuk terus melakukan jihad agar Islam adalah satu-satunya agama Allah di atas muka bumi ini. Dalam seratus tahun sejak kelahirannya Islam telah menguasai wilayah dari Maroko di barat Afrika sampai India di sebelah timur.
Kekerasan di antara para penganut monotheisme ini berlangsung lama. Perang antara orang Katolik dan Protestan yang berlangsung di Eropa selama 300 tahun. Perang salib antara Kristen dan Islam yang berlangsung selama 8 gelombang. Penyebaran agama yang dilakukan secara kekerasan oleh kedua agama ini yang mengalirkan darah paling banyak dalam sejarah manusia, serta penghancuran terhadap budaya asli.
Demikian dikatakan oleh Arthur Schoupenhauer, David Hume, Arnold J Toynbee, dan banyak lagi. Gore Vidal, pengarang Amerika mengatakan “Kejahatan terbesar yang tidak terucapkan pada titik pusat dari kebudayaan kita adalah monotheisme. Dari naskha barbar jaman perunggu yang dikenal sebagai Perjanjian Lama tiga agama anti kemanusiaan telah berkembang – agama Yahudi, Kristen dan Islam.” (baca Media Hindu, edisi 19, September 2005). Kemarahan monotheisik (monotheistic fury) ini masih terasa sampai sekarang. Bali merasakannya dua kali dalam bentuk pengeboman di Kuta.
Kalau ada orang mengatakan Hindu menganut politheisme, secara spontan kita akan jawab :
“Tidak! Hindu juga monotheisme.”
Perhatikan : “Hindu juga..!”
Dalam Weda disebut mengenai banyak Dewa, bahkan konon ada 33.000 dewa.
Tetapi di daam Weda juga terdapat banyak mantra yang menyatakan “Tuhan itu satu, tiada yang kedua, yang ketiga dan yang keempat” “Dia satu tetapi oleh orang bijaksana disebut dengan berbagai nama” Satu, bukan dalam arti monotheisme.
Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam teks-teks Upanisad. Hampir seluruh teks dalam Upanisad yang berbicara tentang Brahman menjelaskan Dia ada di dalam dan juga di luar ciptaan. Dalam salah satu teks disebutkan, atman itu memasuki manusia sampai ujung rambut dan ujung kukunya. (Brahmana-Kausitaki Upanisad IV. 20).
Jadi berdasarkan penjelasan sruti itu, Hindu adalah pantheistik. (Baca buku P.J Zoetmulder “Manunggaling Kawula Gusti, Pantheisme Dan Monisme Dalam Sastra Suluk Jawa.”)
Kembali ke pantheisme...
Mengingat kajahatan yang telah dilahirkan olen monotheisme, Dr Arnold Joseph Toynbee, dengan tegas mengajak manusia kembali ke pantheisme : “Sekarang telah menjadi jelas bahwa satu bab yang memiliki awal Barat akan seharusnya memiliki satu akhir India bila dia tidak ingin berakhir dalam penghancuran diri sendiri dari ras manusia.
Pada saat yang amat sangat berbahaya dari sejarah manusia, satu-satunya jalan keselamatan adalah jalan kuno Hindu.
Di sini kita memiliki sikap dan semangat yang dapat membuat mungkin bagi ras manusia untuk tumbuh bersama dalam satu keluarga tunggal. Jadi sekarang kita berpaling ke India : hadiah spiritual ini, yang membuat manusia (memiliki) kemanusian (that make a man human), masih tetap hidup dalam jiwa-jiwa India. Teruslah memberikan hal ini pada dunia.
Tidak ada apapun yang lain yang dapat memberikan demikian banyak untuk membantu ras manusia (mankind) menyelamatkan dirinya dari penghancuran.” (Sejarawan Inggris 1889 – 1975).
Mengapa saya mengajukan pertanyaan ini?
Karena selama ini kita seolah-olah menjadi budak pemikiran Kristen dan Islam. Kita menelan saja kategori-kategori yang ditetapkan, atau opini-opini yang dibentuk oleh kedua agama ini. Mengenai paham ketuhanan, kita percaya begitu saja, bahwa politheisme itu buruk/salah dan monotheisme itu benar/baik.
Ketika kita betul-betul mengajukan pertanyaan-pertanyaan pertanyaan radikal (radic = akar), kita tidak menemukan kesalahan berarti di dalam paham ketuhanan yang dipandang rendah selama ini, malah kita menemukan kebaikan di dalamnya. Justru sebaliknya kita menemukan cacat bahkan kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan di dalam paham ketuhanan yang dianggap paling benar selama ini.
Kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan radikal terhadap katefori, dogma dan opini yang dibentuk oleh agama lain terutama yang ditujukan untuk meremehkan Hindu. Dan tentu saja kita dapat mengajukan pertanyaan radikal, bila kita mempelajari agama lain secara sungguh-sungguh.
Om santi, santi, santi Om
Sumber : cybertokoh
Yang membuat Iblis bergembira
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Yang membuat Iblis bergembira...
Thursday, April 1, 2010 at 2:47 AM | Posted by budee
* Berbahagialah orang yang terlalu capek karena kesibukan mereka, sehingga mereka tidak punya waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Mereka adalah anak-anakku yang mengerti kerinduan hatiku yang terdalam.
* Berbahagialah orang yang selalu mengharapkan pujian atas apa yang mereka perbuat. Aku bisa memperalat dan menunggangi ambisi mereka melalui pujian.
* Berbahagialah orang yang memelihara hati yang terlalu sensitif. Dengan sedikit "sentilan" saja mereka tersinggung. Mereka akan kurang bersemangat di dalam bekerja dan akan segera menghilang dalam pelayanan. Mereka ini adalah fansku yang setia.
* Berbahagialah mereka para pembuat masalah. Mereka akan disebut anak-anakku.
* Berbahagialah orang yang selalu mengeluh. Aku senang karena benih sungut-sungut yang kutabur bertumbuh subur di hati dan lidah mereka.
* Berbahagialah mereka yang egois, suka mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain. Mereka adalah pengikut-pengikutku yang setia.
* Berbahagialah mereka yang suka menggosip, karena mereka akan menimbulkan perpecahan dan pertengkaran. Ini sungguh sangat menyenangkan hatiku.
* Berbahagialah orang yang mengaku mengasihi Tuhan, tetapi membenci saudara - saudaranya. Mereka akan hidup bersamaku selamanya sampai ke kekekalan.
* Berbahagialah orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan, penganiayaan dengan penganiayaan dan kebencian dengan kebencian. Mereka akan mendapat upah yang sama denganku di kegelapan.
* Berbahagialah orang yang membaca tulisan ini dan merasa isinya pas untuk orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Dia ada dalam tanganku.
Yang membuat Iblis bergembira...
Thursday, April 1, 2010 at 2:47 AM | Posted by budee
* Berbahagialah orang yang terlalu capek karena kesibukan mereka, sehingga mereka tidak punya waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Mereka adalah anak-anakku yang mengerti kerinduan hatiku yang terdalam.
* Berbahagialah orang yang selalu mengharapkan pujian atas apa yang mereka perbuat. Aku bisa memperalat dan menunggangi ambisi mereka melalui pujian.
* Berbahagialah orang yang memelihara hati yang terlalu sensitif. Dengan sedikit "sentilan" saja mereka tersinggung. Mereka akan kurang bersemangat di dalam bekerja dan akan segera menghilang dalam pelayanan. Mereka ini adalah fansku yang setia.
* Berbahagialah mereka para pembuat masalah. Mereka akan disebut anak-anakku.
* Berbahagialah orang yang selalu mengeluh. Aku senang karena benih sungut-sungut yang kutabur bertumbuh subur di hati dan lidah mereka.
* Berbahagialah mereka yang egois, suka mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain. Mereka adalah pengikut-pengikutku yang setia.
* Berbahagialah mereka yang suka menggosip, karena mereka akan menimbulkan perpecahan dan pertengkaran. Ini sungguh sangat menyenangkan hatiku.
* Berbahagialah orang yang mengaku mengasihi Tuhan, tetapi membenci saudara - saudaranya. Mereka akan hidup bersamaku selamanya sampai ke kekekalan.
* Berbahagialah orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan, penganiayaan dengan penganiayaan dan kebencian dengan kebencian. Mereka akan mendapat upah yang sama denganku di kegelapan.
* Berbahagialah orang yang membaca tulisan ini dan merasa isinya pas untuk orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Dia ada dalam tanganku.
Ijinkan aku Murtad(Nastika) Dengan Damai!!
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Ijinkan aku Murtad Dengan Damai!!
Saya tak akan berpindah agama – dan dengan demikian sebenarnya saya memilih agama saya sekarang.
Tapi saya sedih benar mendengar cerita orang yang dilarang memilih agama yang ingin dianutnya. Saya sedih mendengar kisah Revathi Massosai.
Perempuan Malaysia ini, yang sudah menikah dan beranak satu, lahir dari ayah ibu yang beragama Hindu tapi kemudian berpindah jadi Muslim. Dari pasangan ini ia mendapatkan nama Muslim. Tapi ia dibesarkan oleh neneknya, seorang Hindu, dan Revathi memilih mengikuti agama sang nenek. Di Malaysia, ini jadi masalah. Di negeri itu, orang yang berayah Muslim harus jadi seorang Muslim. Dan sebagai Muslimah, Revathi dilarang berpindah agama atau menikah dengan seorang yang tak seiman. Ia dilarang murtad.
Tapi di tahun 2004 Revathi kawin dengan seorang pria Hindu. Pasangan ini mendapatkan seorang anak perempuan.
Photobucket
Januari yang lalu ia datang ke mahkamah pengadilan agar secara resmi ia disebut sebagai seorang Hindu. Bukan saja usahanya gagal; ia malah ditahan para petugas. Ia dimasukkan ke "pusat pemulihan akidah". Dia ditahan sampai enam bulan. Tujuan para pejabat syariah Islam ialah untuk menjaganya agar ia tetap berada "di jalan yang benar" - tentu saja "jalan yang benar" menurut para pemegang otoritas iman di Malaysia.
Selama enam bulan dikungkung itu, ia harus mengenakan jilbab, menegakkan salat, dan lain-lain. Yang kemudian diceritakannya kepada dunia ialah bahwa juga kepadanya disajikan daging sapi-sesuatu yang bagi orang Hindu merupakan pelanggaran.
Pengakuan itu agaknya menimbulkan suara marah dari kalangan Hindu di Malaysia, dan para advokat pembela penguasa syariah di Negara Bagian Malaka itu pun buru-buru menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Revathi tak benar. Mereka yakin, demikian dikutip BBC, bahwa perempuan itu masih bisa dibujuk untuk tetap tak meninggalkan Islam.
Revathi membantah.
Saya tak tahu, apa yang akan didapat para penguasa syariah Islam di Malaka itu sebenarnya: seorang Muslimah yang selamat rohnya dari api neraka, atau jumlah penganut Islam yang tak berkurang, atau seorang yang hanya pura-pura saja beriman kepada Allah tapi hatinya menderita dan tak ikhlas.
Saya tak tahu bagaimana orang-orang yang berkuasa di peradilan syariah itu menafsirkan kearifan terkenal Quran, bahwa "tak ada paksaan dalam agama".
Saya juga tak tahu pasti adakah segala usaha mencegah seorang dewasa memilih agamanya sendiri itu merupakan bagian dari politik waswas yang merundung Malaysia yang menyebabkan soal identitas "Islam" dipertautkan tetap dengan identitas "Melayu", hingga agama bukan lagi diyakini karena kesadaran, melainkan dipegang karena faktor genetik. Saya orang Indonesia, yang dengan agak bangga bisa mengatakan, di negeri ini keislaman tak secara otomatis dikaitkan dengan ras. Iman bukanlah sesuatu yang otomatis. Agama adalah akal, kata Nabi. Akal mengimplikasikan kemerdekaan berpikir dan memilih.
Memang harus saya katakan, saya seorang Muslim karena orang tua saya. Tapi saya sebenarnya bebas untuk tak mengikuti garis itu sebagaimana orang-orang Arab dulu bebas untuk tak mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka dan memutuskan untuk mengikuti Rasul Tuhan, dengan risiko dimusuhi keluarga sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Memang harus saya katakan, saya memilih tetap dalam agama saya sekarang bukan karena saya anggap agama itu paling bagus. Saya tak berpindah ke agama lain karena saya tahu dalam agama saya ada kebaikan seperti dalam agama lain, dan dalam agama lain ada keburukan yang ada dalam agama saya. Sejarah agama-agama senantiasa terdiri atas bab-bab yang paling represif dan buas, tapi juga pasase yang paling mulia dan memberikan harapan. Agama menyumbangkan kepada kehidupan manusia secercah kesadaran, betapapun mustahilnya keadilan akan datang, nilai itu - dan segala sifat Allah - tetap memberi inspirasi. Agaknya itulah yang berada dalam inti iman.
Maka pada akhirnya yang penting bukanlah apa agama yang saya pilih dan Revathi pilih, melainkan bagaimana seseorang tetap berada dalam inti iman itu - bagaimana ia hidup dan bertindak.
Dalam inti iman, Tuhan tak dipersoalkan lagi. Bahkan seorang murtad tak bisa menggugat sebagaimana tokoh Lazaro yang murtad tak bisa untuk tak merasa dekat dengan Don Manuel, pastor di kota kecil Spanyol dalam novel Migel de Unamuno, Saint Manuel Bueno, Sang Martir.
Saya teringat akan tokoh novel itu, sebab Don Manuel adalah seorang penolong, penyabar dan - menurut sang pencerita - suka mendahulukan "mereka yang paling malang, dan terutama mereka yang membangkang". Tapi ia juga padri dengan mata sedih. Pandangannya meredup ketika ia mengatakan kepada seorang anak bahwa orang harus percaya kepada Neraka.
Bahkan Lazaro, yang meninggalkan iman Kristennya, menghormatinya dan jadi pembantunya. Berdua mereka merawat yang sakit, menemani yang kesepian, memberi makan yang lapar, menghibur yang berduka.
Pastor itu tak meminta Lazaro tetap jadi seorang Kristen. Ia hanya minta agar pemuda itu "berpura-pura percaya", meskipun tetap tak beriman, sekadar agar tak membuat heboh penduduk kota kecil itu. Don Manuel tak mendesakkan kebenaran, sebab kebenaran, seperti pernah dikatakannya kepada Lazaro,
"mungkin sesuatu yang begitu tak tertanggungkan, begitu mengerikan, begitu mematikan, hingga orang-orang biasa tak dapat hidup dengan itu".
Ia sendiri mungkin tak percaya akan neraka; ia bersedih bila Tuhan membalas dendam. Tapi ia tak hendak meninggalkan agamanya, sebagaimana ia membiarkan Lazaro murtad. Pada saat yang sama, seluruh laku hidupnya menunjukkan bahwa harapan bisa terjadi - harapan sebagai bayang-bayang Tuhan yang hadir dalam tiap perbuatan baik dan ikhlas bagi mereka yang luka dan diabaikan.
Goenawan Mohamad
Catatan Pinggir judul asli "Murtad"
Tempo, 29 Juli 2007
Sumber: wirajhana-eka.blogspot .com
Ijinkan aku Murtad Dengan Damai!!
Saya tak akan berpindah agama – dan dengan demikian sebenarnya saya memilih agama saya sekarang.
Tapi saya sedih benar mendengar cerita orang yang dilarang memilih agama yang ingin dianutnya. Saya sedih mendengar kisah Revathi Massosai.
Perempuan Malaysia ini, yang sudah menikah dan beranak satu, lahir dari ayah ibu yang beragama Hindu tapi kemudian berpindah jadi Muslim. Dari pasangan ini ia mendapatkan nama Muslim. Tapi ia dibesarkan oleh neneknya, seorang Hindu, dan Revathi memilih mengikuti agama sang nenek. Di Malaysia, ini jadi masalah. Di negeri itu, orang yang berayah Muslim harus jadi seorang Muslim. Dan sebagai Muslimah, Revathi dilarang berpindah agama atau menikah dengan seorang yang tak seiman. Ia dilarang murtad.
Tapi di tahun 2004 Revathi kawin dengan seorang pria Hindu. Pasangan ini mendapatkan seorang anak perempuan.
Photobucket
Januari yang lalu ia datang ke mahkamah pengadilan agar secara resmi ia disebut sebagai seorang Hindu. Bukan saja usahanya gagal; ia malah ditahan para petugas. Ia dimasukkan ke "pusat pemulihan akidah". Dia ditahan sampai enam bulan. Tujuan para pejabat syariah Islam ialah untuk menjaganya agar ia tetap berada "di jalan yang benar" - tentu saja "jalan yang benar" menurut para pemegang otoritas iman di Malaysia.
Selama enam bulan dikungkung itu, ia harus mengenakan jilbab, menegakkan salat, dan lain-lain. Yang kemudian diceritakannya kepada dunia ialah bahwa juga kepadanya disajikan daging sapi-sesuatu yang bagi orang Hindu merupakan pelanggaran.
Pengakuan itu agaknya menimbulkan suara marah dari kalangan Hindu di Malaysia, dan para advokat pembela penguasa syariah di Negara Bagian Malaka itu pun buru-buru menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Revathi tak benar. Mereka yakin, demikian dikutip BBC, bahwa perempuan itu masih bisa dibujuk untuk tetap tak meninggalkan Islam.
Revathi membantah.
Saya tak tahu, apa yang akan didapat para penguasa syariah Islam di Malaka itu sebenarnya: seorang Muslimah yang selamat rohnya dari api neraka, atau jumlah penganut Islam yang tak berkurang, atau seorang yang hanya pura-pura saja beriman kepada Allah tapi hatinya menderita dan tak ikhlas.
Saya tak tahu bagaimana orang-orang yang berkuasa di peradilan syariah itu menafsirkan kearifan terkenal Quran, bahwa "tak ada paksaan dalam agama".
Saya juga tak tahu pasti adakah segala usaha mencegah seorang dewasa memilih agamanya sendiri itu merupakan bagian dari politik waswas yang merundung Malaysia yang menyebabkan soal identitas "Islam" dipertautkan tetap dengan identitas "Melayu", hingga agama bukan lagi diyakini karena kesadaran, melainkan dipegang karena faktor genetik. Saya orang Indonesia, yang dengan agak bangga bisa mengatakan, di negeri ini keislaman tak secara otomatis dikaitkan dengan ras. Iman bukanlah sesuatu yang otomatis. Agama adalah akal, kata Nabi. Akal mengimplikasikan kemerdekaan berpikir dan memilih.
Memang harus saya katakan, saya seorang Muslim karena orang tua saya. Tapi saya sebenarnya bebas untuk tak mengikuti garis itu sebagaimana orang-orang Arab dulu bebas untuk tak mengikuti kepercayaan nenek moyang mereka dan memutuskan untuk mengikuti Rasul Tuhan, dengan risiko dimusuhi keluarga sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Memang harus saya katakan, saya memilih tetap dalam agama saya sekarang bukan karena saya anggap agama itu paling bagus. Saya tak berpindah ke agama lain karena saya tahu dalam agama saya ada kebaikan seperti dalam agama lain, dan dalam agama lain ada keburukan yang ada dalam agama saya. Sejarah agama-agama senantiasa terdiri atas bab-bab yang paling represif dan buas, tapi juga pasase yang paling mulia dan memberikan harapan. Agama menyumbangkan kepada kehidupan manusia secercah kesadaran, betapapun mustahilnya keadilan akan datang, nilai itu - dan segala sifat Allah - tetap memberi inspirasi. Agaknya itulah yang berada dalam inti iman.
Maka pada akhirnya yang penting bukanlah apa agama yang saya pilih dan Revathi pilih, melainkan bagaimana seseorang tetap berada dalam inti iman itu - bagaimana ia hidup dan bertindak.
Dalam inti iman, Tuhan tak dipersoalkan lagi. Bahkan seorang murtad tak bisa menggugat sebagaimana tokoh Lazaro yang murtad tak bisa untuk tak merasa dekat dengan Don Manuel, pastor di kota kecil Spanyol dalam novel Migel de Unamuno, Saint Manuel Bueno, Sang Martir.
Saya teringat akan tokoh novel itu, sebab Don Manuel adalah seorang penolong, penyabar dan - menurut sang pencerita - suka mendahulukan "mereka yang paling malang, dan terutama mereka yang membangkang". Tapi ia juga padri dengan mata sedih. Pandangannya meredup ketika ia mengatakan kepada seorang anak bahwa orang harus percaya kepada Neraka.
Bahkan Lazaro, yang meninggalkan iman Kristennya, menghormatinya dan jadi pembantunya. Berdua mereka merawat yang sakit, menemani yang kesepian, memberi makan yang lapar, menghibur yang berduka.
Pastor itu tak meminta Lazaro tetap jadi seorang Kristen. Ia hanya minta agar pemuda itu "berpura-pura percaya", meskipun tetap tak beriman, sekadar agar tak membuat heboh penduduk kota kecil itu. Don Manuel tak mendesakkan kebenaran, sebab kebenaran, seperti pernah dikatakannya kepada Lazaro,
"mungkin sesuatu yang begitu tak tertanggungkan, begitu mengerikan, begitu mematikan, hingga orang-orang biasa tak dapat hidup dengan itu".
Ia sendiri mungkin tak percaya akan neraka; ia bersedih bila Tuhan membalas dendam. Tapi ia tak hendak meninggalkan agamanya, sebagaimana ia membiarkan Lazaro murtad. Pada saat yang sama, seluruh laku hidupnya menunjukkan bahwa harapan bisa terjadi - harapan sebagai bayang-bayang Tuhan yang hadir dalam tiap perbuatan baik dan ikhlas bagi mereka yang luka dan diabaikan.
Goenawan Mohamad
Catatan Pinggir judul asli "Murtad"
Tempo, 29 Juli 2007
Sumber: wirajhana-eka.blogspot .com
Bangga Beragama Bumi
Agama & Budaya Bali di persimpangan jalan
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Bangga Beragama Bumi
Saturday, April 10, 2010 at 4:25 AM | Posted by budee
BANGGA BERAGAMA BUMI
Oleh I.B. Arya Lawa Manuaba
Mandalakawi Virtual Ashram, santikatmaka ring asing kawya
Griya Kanginan Baler Pasar Tegal Darmasaba
Abiansemal, Badung, Bali 80352
mandalakawi.googlepages.com
mandalakawi@gmail.com
Mengapa mesti malu beragama bumi karena kita tinggal di bumi;
sementara agama langit masih menggantung di awan-awan yang tidak tetap adanya...
Orang Hindu dikenal sebagai orang yang cinta damai, penuh pengertian, jujur, dan penolong. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh ajaran Hindu itu sendiri yang menekankan kepada konsep ahimsa, prema, shanti, dan satya. Oleh karena itu, di mana pun orang Hindu berada, ia akan selalu membawa kedamaian bagi masyarakat sekitarnya. Bukan hanya itu, makhluk lain seperti binatang dan tetumbuhan pun ikut merasakan kedamaian karena manusia Hindu turut mencurahkan kasihnya kepada alam sekitar dalam konsep-konsep filosofi yang adiluhung: Tri Hita Karana.
Mengapa filosofi Hindu begitu luhur dan mencakup kesejahteraan seluruh makhluk hidup?
Jawabannya sederhana: karena Hindu adalah agama Bumi.
Sebelum beranjak ke paparan selanjutnya, ada baiknya kita mengetahui istilah agama langit dan agama bumi. Ngakan Made Madrasuta dalam bukunya Saya Beragama Hindu mengutip beberapa penggolongan agama yang dibuat subyektif oleh pihak-pihak tertentu. Salah satu diantaranya adalah agama samawi (langit) yang berasal dari wahyu Tuhan, dan agama alamiah (bumi) yang berdasarkan kepada renungan manusia/buatan manusia. Agama Hindu sendiri, dalam golongan itu dimasukkan dalam agama buatan manusia (agama bumi).
Ketika ini menjadi polemik, beberapa kalangan umat Hindu yang berpendidikan mulai mengajukan protes etis. Dikatakan etis karena kita (bagian dari mereka) menggunakan media komunikasi tertulis untuk melawan anggapan itu. Terbitlah buku-buku yang berisikan pertentangan-pertentangan atas tuduhan bahwa Hindu adalah agama bumi, dan perang media pun dimulai. Keributan memang syukur tidak terjadi berupa demonstrasi (seperti kasus lukisan Nabi Muhammad yang mengeluarkan ribuan desibel suara manusia beberapa waktu yang lalu) atau aksi anarkis lain. Namun, perang media ini juga sebenarnya tidak perlu terjadi kalau kita menerima dengan lapang dada (sekaligus bangga) bahwa agama Hindu memang adalah sebuah agama bumi.
Jangan salah sangka dulu.
Aksi perang untuk mempertahankan nama suci agama adalah sungguh mulia, apalagi perang media yang lebih mengutamakan kekuatan pikiran daripada kekuatan fisik. Namun, ada baiknya kita kembali kepada filsafat kita sebagai orang Hindu yang tabah, penuh pertimbangan, dan bijaksana dalam menghadapi hal ini.
Suatu agama, ketika ia diturunkan adalah abstrak.
Agama apa pun sebenarnya adalah agama wahyu, sekalipun ada agama yang berdasar kepada renungan manusia suci (enlightened human). Dikatakan begitu karena setiap individu adalah percikan Tuhan (atma) yang memiliki potensi, pengetahuan, dan kesadaran yang sama dengan sang pencipta. Jika manusia secara konsisten menyadari eksistensinya sebagai atma, maka ia akan memperoleh pencerahan. Singkatnya, seluruh pengetahuan dan pencerahan datangnya dari sang diri (atma) yang sumbernya dari Tuhan (paramatma).
Kembali ke masalah agama bumi. Wahyu Tuhan yang abstrak kemudian disusun sedemikian rupa oleh manusia yang terpilih untuk itu (Rsi, Nabi) dan meng-konkret-kannya dengan cara membaurkannya dengan budaya, lingkungan, serta karakteristik manusia yang hidup di sana. Dengan kata lain, agama itu dibumikan.
Jadi, agama yang berupa wahyu Tuhan harus terlebih dahulu disesuaikan dengan kondisi alam dan masyarakat tempat di mana agama itu berada sehingga dapat dimengerti dan diaplikasikan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, jika kita melihat contoh Hindu, satu wilayah akan berbeda pelaksanaannya dengan wilayah lain.
Agama yang telah dibumikan adalah agama yang sudah nyekala, bukan lagi niskala. Agama yang dibumikan ini telah memiliki aturan-aturan, filosofi, etika, dan tata upacara konkret yang disesuaikan dengan keadaan alam dan sosial. Agama Hindu sendiri adalah agama yang telah dibumikan, sehingga ajaran-ajarannya, filosofinya, serta tatanan kehidupan beragamanya telah meluruh dan melekat dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Ajaran-ajaran Hindu yang telah membumi ini menawarkan cara-cara dan aturan luhur tentang bagaimana menjaga keharmonisan antara alam, manusia, dewata, leluhur, Tuhan, dan bahkan dengan kekuatan alam (para bhuta kala). Karena manusia tinggal di bumi, maka ia harus hidup selaras dengan bumi. Unsur-unsur pembentuk tubuh manusia sama dengan unsur-unsur pembentuk bumi. Jadi, jika bumi tidak harmonis, maka keharmonisan juga tidak akan datang kepada manusia yang mendiaminya.
Singkatnya, banggalah beragama Hindu: sebuah agama bumi yang menawarkan ajaran-ajaran luhur tentang bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap tempat di mana kita hidup. Terbukti kini bahwa konsep Hindu diterima secara universal karena ia mengajarkan keharmonisan dengan alam.
* Lihatlah contoh the silent day yang diangkat dari konsep Nyepi di Bali.
* Contoh lain berupa ilmu yoga dan vegetarianisme yang terbukti dapat meningkatkan umur dan kesehatan manusia jauh melampaui obat-obat mana pun.
Itu semua karena Hindu adalah sebuah agama yang memang dibumikan untuk manusia yang tinggal di bumi. Ia juga adalah agama langit karena mencakup keberadaan dewa-dewa, malaikat, pitara, makhluk suci seperti widyadara dan carana, para rsi agung, hingga para asura yang kejam. Mari saudara sedharma, kembali kepada jati diri kita dan hentikan perang yang tidak berguna ini. Toh, jika mereka beragama langit, itu artinya mereka masih di awang-awang.
Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Bangga Beragama Bumi
Saturday, April 10, 2010 at 4:25 AM | Posted by budee
BANGGA BERAGAMA BUMI
Oleh I.B. Arya Lawa Manuaba
Mandalakawi Virtual Ashram, santikatmaka ring asing kawya
Griya Kanginan Baler Pasar Tegal Darmasaba
Abiansemal, Badung, Bali 80352
mandalakawi.googlepages.com
mandalakawi@gmail.com
Mengapa mesti malu beragama bumi karena kita tinggal di bumi;
sementara agama langit masih menggantung di awan-awan yang tidak tetap adanya...
Orang Hindu dikenal sebagai orang yang cinta damai, penuh pengertian, jujur, dan penolong. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh ajaran Hindu itu sendiri yang menekankan kepada konsep ahimsa, prema, shanti, dan satya. Oleh karena itu, di mana pun orang Hindu berada, ia akan selalu membawa kedamaian bagi masyarakat sekitarnya. Bukan hanya itu, makhluk lain seperti binatang dan tetumbuhan pun ikut merasakan kedamaian karena manusia Hindu turut mencurahkan kasihnya kepada alam sekitar dalam konsep-konsep filosofi yang adiluhung: Tri Hita Karana.
Mengapa filosofi Hindu begitu luhur dan mencakup kesejahteraan seluruh makhluk hidup?
Jawabannya sederhana: karena Hindu adalah agama Bumi.
Sebelum beranjak ke paparan selanjutnya, ada baiknya kita mengetahui istilah agama langit dan agama bumi. Ngakan Made Madrasuta dalam bukunya Saya Beragama Hindu mengutip beberapa penggolongan agama yang dibuat subyektif oleh pihak-pihak tertentu. Salah satu diantaranya adalah agama samawi (langit) yang berasal dari wahyu Tuhan, dan agama alamiah (bumi) yang berdasarkan kepada renungan manusia/buatan manusia. Agama Hindu sendiri, dalam golongan itu dimasukkan dalam agama buatan manusia (agama bumi).
Ketika ini menjadi polemik, beberapa kalangan umat Hindu yang berpendidikan mulai mengajukan protes etis. Dikatakan etis karena kita (bagian dari mereka) menggunakan media komunikasi tertulis untuk melawan anggapan itu. Terbitlah buku-buku yang berisikan pertentangan-pertentangan atas tuduhan bahwa Hindu adalah agama bumi, dan perang media pun dimulai. Keributan memang syukur tidak terjadi berupa demonstrasi (seperti kasus lukisan Nabi Muhammad yang mengeluarkan ribuan desibel suara manusia beberapa waktu yang lalu) atau aksi anarkis lain. Namun, perang media ini juga sebenarnya tidak perlu terjadi kalau kita menerima dengan lapang dada (sekaligus bangga) bahwa agama Hindu memang adalah sebuah agama bumi.
Jangan salah sangka dulu.
Aksi perang untuk mempertahankan nama suci agama adalah sungguh mulia, apalagi perang media yang lebih mengutamakan kekuatan pikiran daripada kekuatan fisik. Namun, ada baiknya kita kembali kepada filsafat kita sebagai orang Hindu yang tabah, penuh pertimbangan, dan bijaksana dalam menghadapi hal ini.
Suatu agama, ketika ia diturunkan adalah abstrak.
Agama apa pun sebenarnya adalah agama wahyu, sekalipun ada agama yang berdasar kepada renungan manusia suci (enlightened human). Dikatakan begitu karena setiap individu adalah percikan Tuhan (atma) yang memiliki potensi, pengetahuan, dan kesadaran yang sama dengan sang pencipta. Jika manusia secara konsisten menyadari eksistensinya sebagai atma, maka ia akan memperoleh pencerahan. Singkatnya, seluruh pengetahuan dan pencerahan datangnya dari sang diri (atma) yang sumbernya dari Tuhan (paramatma).
Kembali ke masalah agama bumi. Wahyu Tuhan yang abstrak kemudian disusun sedemikian rupa oleh manusia yang terpilih untuk itu (Rsi, Nabi) dan meng-konkret-kannya dengan cara membaurkannya dengan budaya, lingkungan, serta karakteristik manusia yang hidup di sana. Dengan kata lain, agama itu dibumikan.
Jadi, agama yang berupa wahyu Tuhan harus terlebih dahulu disesuaikan dengan kondisi alam dan masyarakat tempat di mana agama itu berada sehingga dapat dimengerti dan diaplikasikan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, jika kita melihat contoh Hindu, satu wilayah akan berbeda pelaksanaannya dengan wilayah lain.
Agama yang telah dibumikan adalah agama yang sudah nyekala, bukan lagi niskala. Agama yang dibumikan ini telah memiliki aturan-aturan, filosofi, etika, dan tata upacara konkret yang disesuaikan dengan keadaan alam dan sosial. Agama Hindu sendiri adalah agama yang telah dibumikan, sehingga ajaran-ajarannya, filosofinya, serta tatanan kehidupan beragamanya telah meluruh dan melekat dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Ajaran-ajaran Hindu yang telah membumi ini menawarkan cara-cara dan aturan luhur tentang bagaimana menjaga keharmonisan antara alam, manusia, dewata, leluhur, Tuhan, dan bahkan dengan kekuatan alam (para bhuta kala). Karena manusia tinggal di bumi, maka ia harus hidup selaras dengan bumi. Unsur-unsur pembentuk tubuh manusia sama dengan unsur-unsur pembentuk bumi. Jadi, jika bumi tidak harmonis, maka keharmonisan juga tidak akan datang kepada manusia yang mendiaminya.
Singkatnya, banggalah beragama Hindu: sebuah agama bumi yang menawarkan ajaran-ajaran luhur tentang bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap tempat di mana kita hidup. Terbukti kini bahwa konsep Hindu diterima secara universal karena ia mengajarkan keharmonisan dengan alam.
* Lihatlah contoh the silent day yang diangkat dari konsep Nyepi di Bali.
* Contoh lain berupa ilmu yoga dan vegetarianisme yang terbukti dapat meningkatkan umur dan kesehatan manusia jauh melampaui obat-obat mana pun.
Itu semua karena Hindu adalah sebuah agama yang memang dibumikan untuk manusia yang tinggal di bumi. Ia juga adalah agama langit karena mencakup keberadaan dewa-dewa, malaikat, pitara, makhluk suci seperti widyadara dan carana, para rsi agung, hingga para asura yang kejam. Mari saudara sedharma, kembali kepada jati diri kita dan hentikan perang yang tidak berguna ini. Toh, jika mereka beragama langit, itu artinya mereka masih di awang-awang.
Agama Langit dan Agama Bumi
Sunday, April 11, 2010 at 9:06 AM | Posted by budee
Agama Langit dan Agama BumiDikotomi Tak Tahu Diri
Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal:
* pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku,
* pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam;
* pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha
* dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen , maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya ; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha).
Agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.
Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha , dll) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia.
Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.
Agama bumi dan agama langit.
Dr. H.M . Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi.
* Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut: “Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adala h satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)
* Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam a dalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil). Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pendangan para teolog Islam adalah logis.
Tetapi disini timbul pertanyaan,
1. apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis?
2. Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda.
1. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa.
2. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal.
3. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad.
Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda.
1. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan.
2. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya.
3. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.
Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.
Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama -agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi disini timbul masalah lagi.
* Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru?
* Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an?
* Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan?
* Atau persamaan itu hanya kebetulan?
* Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama.
Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.
Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden) . Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar, dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
Masalah wahyu
Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet.
Bagaimana proses penyampaian itu?
Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.
Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan?
Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa.
Berikut adalah beberapa contoh.
Pertama, kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci kitab-suci agama in i, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataa nn ya bumi in i bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempa.
Ked ua, kontradiksi - kontradiksi.
Banyak terdapat kontradiksi - kontradiksi intra maupun antar kitab suci - kitab suci agama-agama ini.
Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), seangkan Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam kitab-kitab suci in i terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita - berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya
sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll ”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata - kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui in i pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Qur’an terdapat ayat - ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama - agama lain yang dicap kafir secara sepihak.
Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual?
Bukankah akhirnya ajaran - ajaran kebeneian in i menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang m e nurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu?
Di dalam agama Hindu keben c ian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).
Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama - agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan ter akhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam da ri leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno .
Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengena i kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci in i mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. I a meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan. “
Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
Kesimpulan.
Tidak ada kriteria yang disepa k ati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena - mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.
Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk m e mverifikasi dan memfalisifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu da ri Tuhan atau bukan?
Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci - kitab suci itu apaka h ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai - nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, keb a ikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?
Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat , menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak peoggolongan in i menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.
Melihat berbagai cacat dari kitab suci- kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang da ri Tuhan, tetapi da ri manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan - T uhan mereka adalah buatan manusia.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi in i tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abraham ik dan agama Timur.
(Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).
Catatan kaki:
I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
2). Lihat Kare n Amstrong : A History of God
3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
4). Ibid hal 720.
(Sumber: Majalah Media Hindu Edisi 35, Januari 2007)
Agama Langit dan Agama BumiDikotomi Tak Tahu Diri
Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal:
* pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku,
* pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam;
* pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha
* dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen , maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya ; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha).
Agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.
Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha , dll) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia.
Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.
Agama bumi dan agama langit.
Dr. H.M . Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi.
* Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut: “Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adala h satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)
* Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam a dalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil). Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pendangan para teolog Islam adalah logis.
Tetapi disini timbul pertanyaan,
1. apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis?
2. Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda.
1. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa.
2. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal.
3. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad.
Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda.
1. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan.
2. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya.
3. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.
Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.
Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama -agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi disini timbul masalah lagi.
* Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru?
* Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an?
* Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan?
* Atau persamaan itu hanya kebetulan?
* Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama.
Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.
Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden) . Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar, dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
Masalah wahyu
Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet.
Bagaimana proses penyampaian itu?
Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.
Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan?
Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa.
Berikut adalah beberapa contoh.
Pertama, kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci kitab-suci agama in i, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataa nn ya bumi in i bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempa.
Ked ua, kontradiksi - kontradiksi.
Banyak terdapat kontradiksi - kontradiksi intra maupun antar kitab suci - kitab suci agama-agama ini.
Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), seangkan Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam kitab-kitab suci in i terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita - berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya
sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll ”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata - kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui in i pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Qur’an terdapat ayat - ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama - agama lain yang dicap kafir secara sepihak.
Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual?
Bukankah akhirnya ajaran - ajaran kebeneian in i menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang m e nurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu?
Di dalam agama Hindu keben c ian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).
Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama - agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan ter akhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam da ri leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno .
Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengena i kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci in i mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. I a meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan. “
Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
Kesimpulan.
Tidak ada kriteria yang disepa k ati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena - mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.
Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk m e mverifikasi dan memfalisifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu da ri Tuhan atau bukan?
Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci - kitab suci itu apaka h ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai - nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, keb a ikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?
Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat , menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak peoggolongan in i menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.
Melihat berbagai cacat dari kitab suci- kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang da ri Tuhan, tetapi da ri manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan - T uhan mereka adalah buatan manusia.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi in i tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abraham ik dan agama Timur.
(Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).
Catatan kaki:
I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
2). Lihat Kare n Amstrong : A History of God
3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
4). Ibid hal 720.
(Sumber: Majalah Media Hindu Edisi 35, Januari 2007)
Belajar Mengamati dan mencari ke dalam
Belajar Mengamati dan mencari ke dalam
Saturday, April 10, 2010 at 4:10 AM | Posted by budee
Belajar Mengamati dan mencari ke dalam
Ketika kegagalan terjadi dalam suatu upaya kolektif, umumnya orang-orang sibuk mencari letak kesalahan-kesalahan yang terjadi di luar diri mereka sendiri. Bila itu tak dimungkinkan —oleh alasan-alasan etis atau sosial-hierarkis— maka mereka akan menimpakan kesalahan-kesalahannya pada alam, kondisi, situasi dan lain sebagainya. Yang ini sudah lumayan baik, karena bersifat lebih netral, lebih etis dan tak ada pihak yang merasa dipersalahkan atau dipojokkan karenanya.
Menjadikan alam, kondisi, situasi, keadaan, cuaca, waktu dan sejenisnya sebagai 'kambing-hitam' rupanya telah sejak dahulu dilakukan manusia; dan ini dipandang wajar-wajar saja, disamping netral dan memang bisa dibuat agar terdengar masuk-akal. Pokoknya, asalkan kesalahan-kesalahan itu ada di luar diri mereka sendiri.
Dalih, 'pengkambing-hitaman' ataupun pelemparan kesalahan keluar yang ‘paling canggih’ di antaranya adalah: "Kita hanya bisa merencanakan saja, Tuhanlah yang menentukan." Terdengar sangat saleh, religius bahkan bijak. Segala sesuatunya dikembalikan kepada Tuhan.
Siapa yang akan berani atau lancang membantah atau menyangkalnya?
Bagi yang lancang membantah, apa ia mau mengatasi atau mengungguli 'kehendak' Tuhan?
Boro-boro...'menduakan', 'menyekutukan' Tuhan saja sudah dianggap murtad, sesat yang bisa dikenakan hukuman penggal-kepala.
Hal yang sebaliknya akan terjadi bilamana tercapai kesuksesan kolektif. Maka mereka akan berlomba-lomba unjuk-diri, mengetengahkan kontribusinya, perannya, jasanya terhadap kesuksesan itu. Mereka akan berebut untuk mengaku paling berjasa.
Lalu kemana perginya Tuhan mereka?
Mereka akan dengan sangat mudah melupakan-Nya; apalagi alam, kondisi, situasi, keadaan, cuaca, waktu dan sejenisnya. Fenomena 'mengkambing-hitamkan' pihak luar —tak peduli siapa atau apapun adanya itu— atas kesalahan sendiri dan berlomba-lomba unjuk-diri dan mengakui jasa-jasa, merupakan hal yang sangat umum dalam masyarakat manusia. Yang seperti ini sering kita amati di sekeliling kita masing-masing. Itu bukan lagi sesuatu yang samasekali baru, apalagi asing bagi kita. Cuma mungkin, kita agak enggan mengakuinya, kita malu mengakuinya.
Alam —sebutlah planet bumi ini saja— sesungguhnya telah sedemikian bermurah-hati kepada kita semua. Kita hidup di dalamnya, kita telah menggunakan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Bahkan jasad kita ini, sthula sarira ini, tiada lain dari saripati alam (panca mahabhuta) adanya. Mungkin kita tahu itu.
Akan tetapi, apakah kita benar-benar menyadarinya demikian?
Apakah kita benar-benar menyadari bahwa jasad kasar ini adalah milik dan bagian dari alam?
Bukankah alam telah sedemikian bermurah-hatinya kepada kita, bahkan hingga detik ini?
Pernahkah Anda bayangkan bagaimana bila alam tiba-tiba meminta segala sesuatu yang kita 'pinjam' darinya selama ini?
Jagatraya, alam semesta, alam materi, alam fenomena ini adalah Ibu kita. Sebagian dari keberadaan kita ini, dianugerahi oleh Ibu kita ini. Kita menyebutnya dengan Prakriti atau Pradhana. Sebagai Ibu, kita sebetulnya menyebutnya dengan banyak nama. Kekuatan-kekuatan Ibu kita, kita sebut dengan Devi, Shakti, Sri, Lakshmi, Sarasvati, Vagisvari, Parvati, Uma, Durgha bahkan Maya. Dari kekuatan - kekuatan Ibu inilah kita dapat merasakan langsung keberadaan dari Bapa kita semua.
Bukankah kita dalam kehidupan sehari-hari lebih merasa nyaman, lebih merasa terbuka kepada ibu masing-masing ketimbang bapa kita?
Anak-anak akan merengek-rengek meminta sesuatu kepada ibunya. Anak-anak hanya merasa nyaman dan tenteram hatinya pulang ke rumah bila ada ibunya. Ibu Semestaraya adalah Saguna Brahman —Tuhan sebagai yang paling mudah kita rasakan langsung kehadiran dan kasih-sayang-Nya.
Sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kita pada alam atas semua kelimpahannya bagi kita inilah kita menyelenggarakan korban suci, Bhuta Yajña. Dan kepada kekuatan - kekuatanNya, kita menyelenggarakan Deva Yajña.
Melemparkan kesalahan ke luar dan mencari-cari alasan atas kegagalan di luar diri, rupanya telah menjadi kebiasaan sebagian besar dari kita, seperti juga mengakui peran, jasa dan kontribusi kita pada keberhasilan. Disamping gejala tak kondusif tersebut, fenomena lain apalagi yang kira-kira dapat kita lihat disini? Ada satu fenomena mendasar yang juga tertampak disini, yaitu: 'mencintai yang benar, yang baik, mencintai Kebenaran itu sendiri'. Fenomena mendasar ini sesungguhnya juga tertampak pada sikap-sikap seperti: 'memonopoli kebenaran', 'merasa paling benar', 'mencari-cari pembenaran' dan sejenisnya.
Sesungguhnya, jauh di dalam lubuk-hati kita, kita 'mencintai Kebenaran Itu', kita 'mencintai Bapa kita'. Namun dalam pengungkapannya, kita bisa menggunakan berbagai cara, termasuk seperti yang kita ungkapkan sebelumnya dan berdalih. Kebiasaan mencari-cari ke luar, mesti kita belokkan 180° ke dalam, bilamana kita benar-benar bertekad menemukan Kebenaran yang membahagiakan itu. "Bila hendak meminta warisan ‘Kerajaan Sorga', maka pintalah itu kepada Bapa yang bersemayam di dalam. Bilamana Bapa menganugerahkannya kepada kita, Ibu-pun akan melimpahkan segalanya kepada kita"; ada yang mengungkapkannya demikian.
Dalam "Vedanta for Beginners", Sri Swami Sivananda mengingatkan: "Dunia ataupun objek-objek duniawi bukannya baik dan bukan pula buruk, akan tetapi naluri rendahmulah yang menjadikannya baik ataupun buruk. Ingatlah hal ini dengan baik. Jangan mencari-cari kesalahan pada dunia ataupun objek-objek duniawi. Carilah kesalahan pada batinmu sendiri."
Untuk merubah kebiasaan yang telah sedemikian lama lekat dan membentuk watak kita, memang bukan sesuatu yang mudah. Apalagi perubahan itu berupa pembalikan dari kebiasaan semula. Kebiasaan melihat, mencari dan menemukan sesuatu di luar sana saja sudah tidak mudah untuk membaliknya.
Namun, bilamana dilakukan atas kesadaran dan dengan tekad yang kuat, apakah yang tidak dapat dilakukan manusia?
Denpasar, 14 Desember 2001.
sumber : Putu, cyberdharma. net
Saturday, April 10, 2010 at 4:10 AM | Posted by budee
Belajar Mengamati dan mencari ke dalam
Ketika kegagalan terjadi dalam suatu upaya kolektif, umumnya orang-orang sibuk mencari letak kesalahan-kesalahan yang terjadi di luar diri mereka sendiri. Bila itu tak dimungkinkan —oleh alasan-alasan etis atau sosial-hierarkis— maka mereka akan menimpakan kesalahan-kesalahannya pada alam, kondisi, situasi dan lain sebagainya. Yang ini sudah lumayan baik, karena bersifat lebih netral, lebih etis dan tak ada pihak yang merasa dipersalahkan atau dipojokkan karenanya.
Menjadikan alam, kondisi, situasi, keadaan, cuaca, waktu dan sejenisnya sebagai 'kambing-hitam' rupanya telah sejak dahulu dilakukan manusia; dan ini dipandang wajar-wajar saja, disamping netral dan memang bisa dibuat agar terdengar masuk-akal. Pokoknya, asalkan kesalahan-kesalahan itu ada di luar diri mereka sendiri.
Dalih, 'pengkambing-hitaman' ataupun pelemparan kesalahan keluar yang ‘paling canggih’ di antaranya adalah: "Kita hanya bisa merencanakan saja, Tuhanlah yang menentukan." Terdengar sangat saleh, religius bahkan bijak. Segala sesuatunya dikembalikan kepada Tuhan.
Siapa yang akan berani atau lancang membantah atau menyangkalnya?
Bagi yang lancang membantah, apa ia mau mengatasi atau mengungguli 'kehendak' Tuhan?
Boro-boro...'menduakan', 'menyekutukan' Tuhan saja sudah dianggap murtad, sesat yang bisa dikenakan hukuman penggal-kepala.
Hal yang sebaliknya akan terjadi bilamana tercapai kesuksesan kolektif. Maka mereka akan berlomba-lomba unjuk-diri, mengetengahkan kontribusinya, perannya, jasanya terhadap kesuksesan itu. Mereka akan berebut untuk mengaku paling berjasa.
Lalu kemana perginya Tuhan mereka?
Mereka akan dengan sangat mudah melupakan-Nya; apalagi alam, kondisi, situasi, keadaan, cuaca, waktu dan sejenisnya. Fenomena 'mengkambing-hitamkan' pihak luar —tak peduli siapa atau apapun adanya itu— atas kesalahan sendiri dan berlomba-lomba unjuk-diri dan mengakui jasa-jasa, merupakan hal yang sangat umum dalam masyarakat manusia. Yang seperti ini sering kita amati di sekeliling kita masing-masing. Itu bukan lagi sesuatu yang samasekali baru, apalagi asing bagi kita. Cuma mungkin, kita agak enggan mengakuinya, kita malu mengakuinya.
Alam —sebutlah planet bumi ini saja— sesungguhnya telah sedemikian bermurah-hati kepada kita semua. Kita hidup di dalamnya, kita telah menggunakan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Bahkan jasad kita ini, sthula sarira ini, tiada lain dari saripati alam (panca mahabhuta) adanya. Mungkin kita tahu itu.
Akan tetapi, apakah kita benar-benar menyadarinya demikian?
Apakah kita benar-benar menyadari bahwa jasad kasar ini adalah milik dan bagian dari alam?
Bukankah alam telah sedemikian bermurah-hatinya kepada kita, bahkan hingga detik ini?
Pernahkah Anda bayangkan bagaimana bila alam tiba-tiba meminta segala sesuatu yang kita 'pinjam' darinya selama ini?
Jagatraya, alam semesta, alam materi, alam fenomena ini adalah Ibu kita. Sebagian dari keberadaan kita ini, dianugerahi oleh Ibu kita ini. Kita menyebutnya dengan Prakriti atau Pradhana. Sebagai Ibu, kita sebetulnya menyebutnya dengan banyak nama. Kekuatan-kekuatan Ibu kita, kita sebut dengan Devi, Shakti, Sri, Lakshmi, Sarasvati, Vagisvari, Parvati, Uma, Durgha bahkan Maya. Dari kekuatan - kekuatan Ibu inilah kita dapat merasakan langsung keberadaan dari Bapa kita semua.
Bukankah kita dalam kehidupan sehari-hari lebih merasa nyaman, lebih merasa terbuka kepada ibu masing-masing ketimbang bapa kita?
Anak-anak akan merengek-rengek meminta sesuatu kepada ibunya. Anak-anak hanya merasa nyaman dan tenteram hatinya pulang ke rumah bila ada ibunya. Ibu Semestaraya adalah Saguna Brahman —Tuhan sebagai yang paling mudah kita rasakan langsung kehadiran dan kasih-sayang-Nya.
Sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kita pada alam atas semua kelimpahannya bagi kita inilah kita menyelenggarakan korban suci, Bhuta Yajña. Dan kepada kekuatan - kekuatanNya, kita menyelenggarakan Deva Yajña.
Melemparkan kesalahan ke luar dan mencari-cari alasan atas kegagalan di luar diri, rupanya telah menjadi kebiasaan sebagian besar dari kita, seperti juga mengakui peran, jasa dan kontribusi kita pada keberhasilan. Disamping gejala tak kondusif tersebut, fenomena lain apalagi yang kira-kira dapat kita lihat disini? Ada satu fenomena mendasar yang juga tertampak disini, yaitu: 'mencintai yang benar, yang baik, mencintai Kebenaran itu sendiri'. Fenomena mendasar ini sesungguhnya juga tertampak pada sikap-sikap seperti: 'memonopoli kebenaran', 'merasa paling benar', 'mencari-cari pembenaran' dan sejenisnya.
Sesungguhnya, jauh di dalam lubuk-hati kita, kita 'mencintai Kebenaran Itu', kita 'mencintai Bapa kita'. Namun dalam pengungkapannya, kita bisa menggunakan berbagai cara, termasuk seperti yang kita ungkapkan sebelumnya dan berdalih. Kebiasaan mencari-cari ke luar, mesti kita belokkan 180° ke dalam, bilamana kita benar-benar bertekad menemukan Kebenaran yang membahagiakan itu. "Bila hendak meminta warisan ‘Kerajaan Sorga', maka pintalah itu kepada Bapa yang bersemayam di dalam. Bilamana Bapa menganugerahkannya kepada kita, Ibu-pun akan melimpahkan segalanya kepada kita"; ada yang mengungkapkannya demikian.
Dalam "Vedanta for Beginners", Sri Swami Sivananda mengingatkan: "Dunia ataupun objek-objek duniawi bukannya baik dan bukan pula buruk, akan tetapi naluri rendahmulah yang menjadikannya baik ataupun buruk. Ingatlah hal ini dengan baik. Jangan mencari-cari kesalahan pada dunia ataupun objek-objek duniawi. Carilah kesalahan pada batinmu sendiri."
Untuk merubah kebiasaan yang telah sedemikian lama lekat dan membentuk watak kita, memang bukan sesuatu yang mudah. Apalagi perubahan itu berupa pembalikan dari kebiasaan semula. Kebiasaan melihat, mencari dan menemukan sesuatu di luar sana saja sudah tidak mudah untuk membaliknya.
Namun, bilamana dilakukan atas kesadaran dan dengan tekad yang kuat, apakah yang tidak dapat dilakukan manusia?
Denpasar, 14 Desember 2001.
sumber : Putu, cyberdharma. net
TUTUR AGAMA
Penciptaan Alam Semesta Menurut Veda
Monday, May 10, 2010 at 5:44 AM | Posted by budee
Penciptaan Alam Semesta Menurut Veda
Dalam Manawa Dharmasastra 1.5; dijelaskan bahwa Alam semerta ini pada mulanya adalah bentuk kegelapan, tak dapat dilihat tanpa ciri2 sama sekali, tak terjangkau leh daya pikiran, tak dapat dikenal, se-olah2 sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang paling menyenyakan.
Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman.
Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir zaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada Purusa. Di akhir zaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa.
Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak ada materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk di luar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan di dalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.
Manawa Dharmasastra 1.8-11; Ia (Tuhan) yang ingin menciptakan dirinya sendiri semua makhluk2 hidup yang beranekaragam, mula2 dengan pikiranNYa terciptalah benih dan benih itupun menjadi telor alam yang maha suci dan maha terang, dalam telor itulah Ia menciptakan dirinya sebagai Brahman, pencipta dan cikal bakal dari alam semesta. dari cikal bakal (sebab) yang pertama ini, yang tak berbedakan, kekal yang nyata dan tak nyata, munculah purusa.
Rg. Veda menjelaskan bahwa sebelum penciptaan Alam semesta dalam bentuk tak berwujud yang disebut rahim emas, rahim dari semesta atau Hiranyagharba.
“Sebelum penciptaan adalah rahim emas, ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia memegang bumi.” – Rg. Veda 10.121.1
Sebelum penciptaan yang ada hanya kosong. Belum ada ruang maupun waktu. Tak ada materi.
“Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” - Taittiriya Brahmana 2.2.9.1
“Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada di dalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” - Vayu Purana 4.72-73
“Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” - Vayu Purana 24.73
“Dari telur emas, alam material diciptakan.” - Manusmrti 1.13
istilah telur emas atau telur alam sekedar merupakan bahasa yang melukiskan sifat2 yang mengandung ide kesucian / keistimewaan. Saat Penciptaan Semesta, Purusa/Prajapati/Brahman menciptakan dua kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (batin / nama) dan Prakerti (pradana/rupa) yaitu kekuatan kebendaan. Kemudian timbul “citta” yaitu alam pikiran yang dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam (sifat kebenaran / Dharma), Rajah (sifat kenafsuan / dinamis) dan Tamah (Adharma / kebodohan / apatis). Kemudian timbul Budi (naluri pengenal), setelah itu timbul Manah (akal dan perasaan), selanjutnya timbul Ahangkara (rasa keakuan). Setelah ini timbul Dasa indria (sepuluh indria/gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok;
* Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan/rangsangan: Caksu indria (penglihatan), Ghrana indria (penciuman), Srota indria (pendengaran), Jihwa indria (pengecap), Twak indria (sentuhan atau rabaan).
* Panca Karma Indria yaitu lima gerak perbuatan/penggerak: Wak indria (mulut), Pani (tangan), Pada indria (kaki), Payu indria (pelepasan), Upastha indria (kelamin).
Setelah itu timbullah lima jenis benih benda alam ( Panca Tanmatra): Sabda Tanmatra (suara), Sparsa Tanmatra (rasa sentuhan), Rupa Tanmatra (penglihatan), Rasa Tanmatra (rasa), Gandha Tanmatra (penciuman). Dari Panca Tanmatra lahirlah lima unsur-unsur materi yang dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu Akasa (ether), Bayu (angin), Teja (sinar), Apah (zat cair) dan Pratiwi (zat padat).
Pancamahabhuta berbentuk Paramānu atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi.
“dan juga diciptakan tingkatan daripada Dewa2 yang memiliki hidup dan sifat bergerak, juga diciptakan Sandhya serta Yadnya yang kekal. diciptakan juga olehNYA waktu, bagian dari waktu, gugusan2, bulan2 dan planet2” - Manawa Dharmasastra 1.22-24
“dengan memakai lima macam unsur alam yang halus (panca tanmatra) sebagai sarana seluruh alam ini dibentuk olehNya dengan susunan yang teratur secara sempurna, Ia menentukan tujuan dari ciptaannya untuk selanjutnya arah itu merupakan jalan yang tetap dari ciptaanya yang mengikutinya” - Manawa Dharmasastra 1.27-28
Unsur-unsur tersebut dicampur dengan Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla. Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.
Teori penciptaan Veda lebih jauh dijelaskan dalam Bhagavata Purana/ Srimad Bhagavatam;
Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.”
Srimad Bhagavatam (5.20.43-46) : “Matahari berada di pertengahan alam semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka”
Sementara itu pada Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengatakan munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhodakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar Beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi beserta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda.
Ada Dewa Brahma yang berkepala 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagat material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini.
Hal pertama yang diciptakan Brahma adalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setelah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, alien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada bakteri yang keseluruhannya berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.
Ketika alam semesta berekspansi, Ia juga diberi nama Virata yang diturunkan dari akar kata ‘Vr’ yang artinya untuk menutupi yang juga berarti ‘sangat besar’.
“Vrtra menutupi kesemua tri loka.” - Taittiriya Samhita 2.4.12.2
“Vrtra berada jauh di atas di Antariksa.” – Rg.Veda 2.30.3
Tri loka melukiskan alam semesta, jadi disini Vrtra menutupi alam semesta. Jika Vrtra ada di batas alam semesta, ia bisa dikatakan berada ditempat yang jauh sekali.
Dalam Rg.Veda 1.32 dilukiskan bahwa Vrtra (sang ular) menahan air, dimatra 12 dijelaskan bahwa kekalahan Vrtra dari Indra membebaskan tujuh sungai untuk mengalir. Pembebasan tujuh sungai (sapta sindhu) oleh Indra bukanlah disebutkan hanya satu kali, tapi berulang-ulang kali dalam Rg.Veda. Ide dimana ular menahan air juga ditemukan dalam manuskrip yang berbeda-beda diseluruh dunia.
Mitos dari Quiches, suku Indian di Amerika Selatan, bisa ditemukan di Popol Vuh. Suku Quiches percaya bahwa pada mulanya adalah air dan ular berbulu.
Dalam Rg.Veda 4.17.13 Indra disebut sebagai Asanimana yang artinya Ia yang menguasai petir. Lebih lanjut dalam Kausitaki Brahmana 6.9, Indra disebut sebagai Asani (petir). Satapatha Brahmana mengatakan: “Siapakah Indra dan siapakah Prajapati? Petir adalah Indra dan Yajna adalah Prajapati.” - Satapatha Brahmana 11.6.3.9
Lebih lanjut dalam Rg.Veda bab II.72.4 disebutkan
“Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi).
Mengakomodir pemaparan ayat-ayat Veda tentang penciptaan alam semesta, Veda mengajukan teori baru yang berbeda dengan teori penciptaan yang umum dikenal sekarang.
Secara garis besar Veda mengatakan bahwa alam semesta muncul dari pori-pori Tuhan yang merupakan energi maha besar dan berikutnya berkembang dan terus meluas membentuk materi yang memenuhi semesta raya.
Lebih lanjut, Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta, alam semesta akan kembali masuk ke dalam pori-pori Tuhan.
Sementara itu pada akhir abad ke-20 para ilmuan mengamati adanya lubang hitam yang memiliki medan gravitasi sangat besar dan bahkan menarik cahaya masuk ke dalamnya, benda inilah yang disebut sebagai Black Hole. Jadi dikaitkan dengan fenomena tertariknya materi termasuk cahaya ke dalam lubang hitam ini, penulis mengajukan hipotesa dengan nama baru sesuai dengan konsep penciptaan dan peleburan alam semesta versi Veda, yaitu konsep Black Hole – White Hole. Meskipun pada kenyataannya saat ini belum satupun ilmuan yang mengamati keberadaan White Hole, White Hole barulah sebuah teori yang dihasilkan dari pemodelan Relativitas umum.
Black Hole adalah sebagai lubang tempat materi (aditi) kembali berubah menjadi energi (daksa) dan White Hole adalah lubang tempat energi (daksa) berubah menjadi materi (aditi). Dari satu White Hole akan terbentuk gelembung besar yang pada akhirnya membentuk satu alam semesta yang antara satu alam semesta dengan alam semesta lainnya masing-masing dibatasi oleh tegangan permukaan/lapisan yang sangat kuat [lihat Srimad Bhagavatam (3.11.41) ].
Dalam satu alam semesta sendiri juga terbentuk gelembung-gelembung (phena) yang memberi jarak yang tidak merata antara satu susunan galaksi dengan yang lainnya [lihat Satapatha Brahmana 6.1.3.2] Sementara itu di jagat raya terdapat jutaan White Hole yang masing-masing memunculkan satu gelembung alam semesta. Akankah fenomena White Hole belum teramati oleh teleskop tercanggih, Hubble sampai saat ini? White Hole muncul saat awal lahirnya alam semesta material. Hanya saja, apakah saat ini proses penciptaan alam material sebagaimana lahirnya alam semesta masih berlangsung?
Penciptaan Manusia dan Isi Bumi
Teori penciptaan Veda mengenai isi bumi dapat dilihat dalam kitab Veda Smriti yaitu Manawa Dharma sastra. disana disebutkan Brahman menciptakan mahlkuk hidup dan isi alam ini melalui tapaNya;
“kemudian Aku ingin menciptakan mahluk2 hidup, menjalankan tapa dengan maksud menciptakan sepuluh maharsi pemimpin dari mahluk hidup” - Manawa Dharmasastra 1.34
“mereka menjelmakan Tujuh Manu lagi yang memiliki cahaya cemerlang, para dewa dengan tingkat2annya dan maharsi yang memiliki kekuatan batin yang tinggi” - Manawa Dharmasastra 1.36
“diciptakan pula para yaksa, raksasa dan banyak tingkatan roh, kilat, guruh, mendung, pelangi, hujan, suara2 gaib, bintang2 yang bergerak serta sinar2 langit yang beraneka ragam. para kinnara, tumbuhan, berbagai jenis ikan, kura2, burung2, binatang, manusia dan segala macam benda2 tak bergerak. demikian semua ciptaan yang bergerak maupun tak bergerak, diciptakan oleh MahaAtma dengan kekuatan tapanya, semuanya atas perintahKu dan menurut hasil daripada perbuatannya” - Manawa Dharmasastra 1.37-41.
“ada Enam Manu lagi yang berjiwa suci dan berpikiran sangat tinggi, yang menjadi warga manu keturunan dari Swayambhu Manu yang telah menjadikan semua mahluk hidup di dunia ini” - Manawa Dharmasastra 1.61
“ketujuh Manu yang gemilang ini yang pertama adalah Swayambhu Manu, mengadakan dan melindungi semua mahluk hidup dan benda mati di dunia ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan baginya” - Manawa Dharmasastra 1.63
Dalam agama Hindu, Manu adalah pemimpin setiap Manwantara, yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa. Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu. Daftar para Manu dipaparkan di bawah ini dari manu pertama sampai manu ke empat belas; Swayambu, Swarocisa, Utama, Tamasa, Raiwata, Caksusa, Waiwaswata, Sawarni, Daksasawarni, Brahmasawarni, Darmasawarni, Rudrasawarni, Rocya atau Dewasarni dan Botya atau Indrasawarni. Zaman sekarang adalah Manwantara ketujuh dan oleh Manu ketujuh yang bergelar Waiwaswata Manu. Jadi, tujuh Manwantara lainnya akan terjadi di masa depan, dan dipimpin oleh seorang Manu yang baru. Menurut Hindu, keberadaan alam semesta tak lepas dari siklus kalpa. Satu kalpa berlangsung selama jutaan tahun, dan satu kalpa terdiri dari empat belas Manwantara (siklus Manu).
Manu yang pertama adalah Swayambu Manu, sebagai kakek moyang manusia. Swayambu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu dari Manu disebut Manawa (secara harfiah berarti keturunan Manu), merujuk kepada manusia zaman sekarang. Menurut agama Hindu, Swayambu Manu dan Satarupa merupakan pria dan wanita pertama di dunia .
Waiwaswata Manu, atau Manu yang sekarang, dikatakan merupakan putra dari Surya (Wiwaswan), yaitu dewa matahari menurut mitologi Hindu. Waiwaswata Manu terlahir pada zaman Satyayuga dan mendirikan kerajaan bernama Kosala, dengan pusat pemerintahan di Ayodhya. Ia memiliki sepuluh anak: Wena, Dresnu (Dresta), Narisyan (Narisyanta), Nabaga, Ikswaku, Karusa, Saryati, Ila, Persadru (Persadra), dan Nabagarista. Dalam kitab Matsyapurana, ia muncul sebagai raja yang menyelamatkan umat manusia dari bencana air bah setelah mendapat pesan dari Wisnu yang berwujud ikan (Matsya Awatara). Cerita penyelamatan raja dan mahluk hidup ini sangat mirip dengan riwayat Nabi Nuh (kisah perahu Noah/Nuh dalam torah) yang menyelamatkan mahluk hidup dari bencana air bah.
Manwantara (Sanskerta: मन्वन्तर ) adalah satuan waktu dalam agama Hindu yang terdiri dari 71 Mahayuga. Menurut mitologi Hindu, bila 14 Manwantara telah berlalu, maka seluruh dunia akan dihancurkan. Saat ini, sudah enam manwantara berlalu dan zaman sekarang adalah manwantara ketujuh. Jadi, masih ada tujuh manwantara lagi sebelum dunia dihancurkan.
Menurut kitab Purana, dunia terbagi menjadi empat zaman, diawali oleh Satyayuga (zaman kebenaran), dan diakhiri oleh Kaliyuga (zaman kegelapan). Setelah Kaliyuga berakhir, dimulailah Satyayuga yang baru. Demikian seterusnya dan siklus dari zaman Satyayuga menuju Kaliyuga disebut Mahayuga. Menurut kitab Brahmapurana, satu Mahayuga berlangsung selama 12.000 tahun para dewa atau 4.320.000 tahun manusia.
Secara singkat diuraikan sebagai berikut:
Satyayuga (1.728.000 tahun), Tretayuga (1.296.000 tahun), Dwaparayuga (864.000 tahun), Kaliyuga (432.000 tahun), Sehinga lama Mahayuga (4.320.000 tahun)
71 Mahayuga membentuk satu manwantara. Dengan demikian, lama berlangsungnya 1 manwantara dapat dihitung sebagai berikut:
* 1 Mahayuga = 4.320.000 tahun
* 71 Mahayuga = 1 Manwantara
* 1 Manwantara = 71 × 4.320.000 tahun = 306.720.000 tahun
Maka, satu manwantara berlangsung selama 306.720.000 tahun. Setelah 14 manwantara berlangsung, maka tercapailah periode satu Kalpa. Alam semesta dihancurkan setiap periode satu Kalpa. Menurut berbagai kitab Purana, zaman sekarang adalah manwantara ketujuh, berarti enam manwantara telah berlalu dan masih ada tujuh manwantara lagi sebelum dunia dihancurkan.
mengenai kiamat juga sudah dijelaskan dalam Veda, bahwa kiamat itu sendiri sudah biasa dan sudah pernah terjadi berulang-ulang kalinya;
“mawantara2, penciptaan dan kiamatnya dunia ini telah ber-ulang2 kali” Manawa Dharmasastra 1.80
Teori Penciptaan Modern
Teori Big Bang adalah salah satu pengembangan model kosmologi homogen dan uniform yang didasarkan pada relativitas Einstein, de Sitter dan Fiedmann. Dengan pertimbangan tersebut, pemilihan unit untuk dispersi massa-energi menjadi sangat penting. Kita tahu bahwa planet-planet dan bintang-bintang tidaklah terdistribusi merata. Para ilmuwan memilih skala yang lebih besar, pada awalnya dipercayai galaksi tersebar secara merata diseluruh angkasa luar.
Ketika Hubble melakukan survey pada 44,000 galaksi, Sayangnya ia tidak menemukan distribusi merata, bahkan ia menemukan pengelompokan (clustering). Penelitiannya dilanjutkan oleh Fritz Zwicky pada tahun 1938 yang menemukan juga bahwa galaksi mengelompok dan tidak terdistribusi merata. Hal ini yang mendasari bahwa kelompok galaksi (cluster of galaxies) adalah unit yang cocok dan kelompok galaksi ini tersebar secara merata di angkasa.
Galaksi kita, Bima Sakti, adalah bagian dari kelompok dua puluh lima galaksi. Astronomer Perancis Gerard de Vaucouleurs melakukan penelitian dalam skala yang lebih besar lagi pada tahun 1950, dan menemukan bahwa kelompok galaksi juga tidak terdistribusi merata. Ia mengelompokkan galaksi dalam supercluster yang mempunyai rentang 200 juta-tahun-cahaya. Para ilmuwan kemudian percaya bahwa supercluster galaksi ini adalah unit yang lebih tepat karena semesta tampak terdistribusi merata. Tapi ada lagi penemuan baru yang mendapatkan bahwa supercluster terletak pada gelembung raksasa. Di dalam gelembung adalah rongga besar tanpa ada galaksi hampir tak ada massa dan energi.
Uniknya Veda mempunyai referensi tentang struktur raksasa ini pada Satapatha Brahmana:
“Ketika Apah dipanaskan, gelembung (Phena) tercipta” - Satapatha Brahmana 6.1.3.2
Definisi Apah sudah dijelaskan di atas bahwa itu bukan semata-mata air. Ada cukup referensi untuk membuktikan bahwa orang suci Veda menganggap Apah melingkupi seluruh alam semesta. Dengan tanpa mengetahui arti sains dari Apah, semua agama dan mitologi membicarakan alam semesta yang ditutupi oleh air pada awal penciptaan.
Mantram yang dikutip diatas, dengan jelas membuktikan bahwa orang suci Veda berpendapat bahwa tegangan permukaan bekerja sehingga Apah menjadi berbentuk gelembung. Ditemukannya gelembung raksasa dalam skala besar pada struktur alam semesta membuktikan adanya tegangan permukaan dalam evolusi semesta.
Karena ilmu pengetahuan modern gagal memasukkan tegangan permukaan dalam teori Big Bang, tak heran setelah tujuh puluh tahun riset yang terus menerus belum juga mampu memprediksi evolusi alam semesta.
Sebabnya jelas. Seluruh framework Big Bang adalah salah.
Pada dasarnya teori relativitas umum, interval ruang-waktu itu adalah sebuah pemecahan dari persamaan medan gravitasi Einstein di luar sebuah distribusi materi. Interval dari sebuah ruang-waktu dalam teori relativitas umum selalu mempunyai sebuah singularitas. Singularitas ini mengindikasikan keberadaan sebuah benda yang sangat masif yang dinamakan lubang hitam (black hole). Benda yang berperilaku menyerupai sebuah lubang hitam tetapi dengan arah waktu yang dibalikkan (time reversed black hole) dinamakan sebuah lubang putih (white hole). Persamaan medan gravitasi Einstein mengandung sebuah konstanta kosmologi yang sampai sekarang masih menimbulkan berbagai macam kontroversi. Teori relativitas umum inilah yang mendasari semua model kosmologi relativistik yang menjelaskan struktur dari sebuah alam semesta berskala besar, hanya saja sampai saat ini teori White Hole – Black Hole belum dipandang sebagai suatu kosmologi penciptaan yang diakui sebagaimana teori penciptaan Big Bang. Dan kinilah saatnya Teori White Hole – Black Hole yang dibenarkan dalam ayat-ayat Veda menjadi alternatif Teori Penciptaan Modern.
mungkin dari ulasan tersebut diatas masih ada kekurangan, mohon teman2 menambahkan agar artikel ini menjadi lbih lengkap. thx
by cakepane.blogspot
Monday, May 10, 2010 at 5:44 AM | Posted by budee
Penciptaan Alam Semesta Menurut Veda
Dalam Manawa Dharmasastra 1.5; dijelaskan bahwa Alam semerta ini pada mulanya adalah bentuk kegelapan, tak dapat dilihat tanpa ciri2 sama sekali, tak terjangkau leh daya pikiran, tak dapat dikenal, se-olah2 sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang paling menyenyakan.
Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman.
Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir zaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada Purusa. Di akhir zaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa.
Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak ada materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk di luar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan di dalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.
Manawa Dharmasastra 1.8-11; Ia (Tuhan) yang ingin menciptakan dirinya sendiri semua makhluk2 hidup yang beranekaragam, mula2 dengan pikiranNYa terciptalah benih dan benih itupun menjadi telor alam yang maha suci dan maha terang, dalam telor itulah Ia menciptakan dirinya sebagai Brahman, pencipta dan cikal bakal dari alam semesta. dari cikal bakal (sebab) yang pertama ini, yang tak berbedakan, kekal yang nyata dan tak nyata, munculah purusa.
Rg. Veda menjelaskan bahwa sebelum penciptaan Alam semesta dalam bentuk tak berwujud yang disebut rahim emas, rahim dari semesta atau Hiranyagharba.
“Sebelum penciptaan adalah rahim emas, ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia memegang bumi.” – Rg. Veda 10.121.1
Sebelum penciptaan yang ada hanya kosong. Belum ada ruang maupun waktu. Tak ada materi.
“Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” - Taittiriya Brahmana 2.2.9.1
“Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada di dalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” - Vayu Purana 4.72-73
“Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” - Vayu Purana 24.73
“Dari telur emas, alam material diciptakan.” - Manusmrti 1.13
istilah telur emas atau telur alam sekedar merupakan bahasa yang melukiskan sifat2 yang mengandung ide kesucian / keistimewaan. Saat Penciptaan Semesta, Purusa/Prajapati/Brahman menciptakan dua kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (batin / nama) dan Prakerti (pradana/rupa) yaitu kekuatan kebendaan. Kemudian timbul “citta” yaitu alam pikiran yang dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam (sifat kebenaran / Dharma), Rajah (sifat kenafsuan / dinamis) dan Tamah (Adharma / kebodohan / apatis). Kemudian timbul Budi (naluri pengenal), setelah itu timbul Manah (akal dan perasaan), selanjutnya timbul Ahangkara (rasa keakuan). Setelah ini timbul Dasa indria (sepuluh indria/gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok;
* Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan/rangsangan: Caksu indria (penglihatan), Ghrana indria (penciuman), Srota indria (pendengaran), Jihwa indria (pengecap), Twak indria (sentuhan atau rabaan).
* Panca Karma Indria yaitu lima gerak perbuatan/penggerak: Wak indria (mulut), Pani (tangan), Pada indria (kaki), Payu indria (pelepasan), Upastha indria (kelamin).
Setelah itu timbullah lima jenis benih benda alam ( Panca Tanmatra): Sabda Tanmatra (suara), Sparsa Tanmatra (rasa sentuhan), Rupa Tanmatra (penglihatan), Rasa Tanmatra (rasa), Gandha Tanmatra (penciuman). Dari Panca Tanmatra lahirlah lima unsur-unsur materi yang dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu Akasa (ether), Bayu (angin), Teja (sinar), Apah (zat cair) dan Pratiwi (zat padat).
Pancamahabhuta berbentuk Paramānu atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada salah satu unsur yang mendominasi.
“dan juga diciptakan tingkatan daripada Dewa2 yang memiliki hidup dan sifat bergerak, juga diciptakan Sandhya serta Yadnya yang kekal. diciptakan juga olehNYA waktu, bagian dari waktu, gugusan2, bulan2 dan planet2” - Manawa Dharmasastra 1.22-24
“dengan memakai lima macam unsur alam yang halus (panca tanmatra) sebagai sarana seluruh alam ini dibentuk olehNya dengan susunan yang teratur secara sempurna, Ia menentukan tujuan dari ciptaannya untuk selanjutnya arah itu merupakan jalan yang tetap dari ciptaanya yang mengikutinya” - Manawa Dharmasastra 1.27-28
Unsur-unsur tersebut dicampur dengan Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla. Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.
Teori penciptaan Veda lebih jauh dijelaskan dalam Bhagavata Purana/ Srimad Bhagavatam;
Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.”
Srimad Bhagavatam (5.20.43-46) : “Matahari berada di pertengahan alam semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka”
Sementara itu pada Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengatakan munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhodakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar Beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi beserta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda.
Ada Dewa Brahma yang berkepala 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagat material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini.
Hal pertama yang diciptakan Brahma adalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setelah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, alien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada bakteri yang keseluruhannya berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.
Ketika alam semesta berekspansi, Ia juga diberi nama Virata yang diturunkan dari akar kata ‘Vr’ yang artinya untuk menutupi yang juga berarti ‘sangat besar’.
“Vrtra menutupi kesemua tri loka.” - Taittiriya Samhita 2.4.12.2
“Vrtra berada jauh di atas di Antariksa.” – Rg.Veda 2.30.3
Tri loka melukiskan alam semesta, jadi disini Vrtra menutupi alam semesta. Jika Vrtra ada di batas alam semesta, ia bisa dikatakan berada ditempat yang jauh sekali.
Dalam Rg.Veda 1.32 dilukiskan bahwa Vrtra (sang ular) menahan air, dimatra 12 dijelaskan bahwa kekalahan Vrtra dari Indra membebaskan tujuh sungai untuk mengalir. Pembebasan tujuh sungai (sapta sindhu) oleh Indra bukanlah disebutkan hanya satu kali, tapi berulang-ulang kali dalam Rg.Veda. Ide dimana ular menahan air juga ditemukan dalam manuskrip yang berbeda-beda diseluruh dunia.
Mitos dari Quiches, suku Indian di Amerika Selatan, bisa ditemukan di Popol Vuh. Suku Quiches percaya bahwa pada mulanya adalah air dan ular berbulu.
Dalam Rg.Veda 4.17.13 Indra disebut sebagai Asanimana yang artinya Ia yang menguasai petir. Lebih lanjut dalam Kausitaki Brahmana 6.9, Indra disebut sebagai Asani (petir). Satapatha Brahmana mengatakan: “Siapakah Indra dan siapakah Prajapati? Petir adalah Indra dan Yajna adalah Prajapati.” - Satapatha Brahmana 11.6.3.9
Lebih lanjut dalam Rg.Veda bab II.72.4 disebutkan
“Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi).
Mengakomodir pemaparan ayat-ayat Veda tentang penciptaan alam semesta, Veda mengajukan teori baru yang berbeda dengan teori penciptaan yang umum dikenal sekarang.
Secara garis besar Veda mengatakan bahwa alam semesta muncul dari pori-pori Tuhan yang merupakan energi maha besar dan berikutnya berkembang dan terus meluas membentuk materi yang memenuhi semesta raya.
Lebih lanjut, Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta, alam semesta akan kembali masuk ke dalam pori-pori Tuhan.
Sementara itu pada akhir abad ke-20 para ilmuan mengamati adanya lubang hitam yang memiliki medan gravitasi sangat besar dan bahkan menarik cahaya masuk ke dalamnya, benda inilah yang disebut sebagai Black Hole. Jadi dikaitkan dengan fenomena tertariknya materi termasuk cahaya ke dalam lubang hitam ini, penulis mengajukan hipotesa dengan nama baru sesuai dengan konsep penciptaan dan peleburan alam semesta versi Veda, yaitu konsep Black Hole – White Hole. Meskipun pada kenyataannya saat ini belum satupun ilmuan yang mengamati keberadaan White Hole, White Hole barulah sebuah teori yang dihasilkan dari pemodelan Relativitas umum.
Black Hole adalah sebagai lubang tempat materi (aditi) kembali berubah menjadi energi (daksa) dan White Hole adalah lubang tempat energi (daksa) berubah menjadi materi (aditi). Dari satu White Hole akan terbentuk gelembung besar yang pada akhirnya membentuk satu alam semesta yang antara satu alam semesta dengan alam semesta lainnya masing-masing dibatasi oleh tegangan permukaan/lapisan yang sangat kuat [lihat Srimad Bhagavatam (3.11.41) ].
Dalam satu alam semesta sendiri juga terbentuk gelembung-gelembung (phena) yang memberi jarak yang tidak merata antara satu susunan galaksi dengan yang lainnya [lihat Satapatha Brahmana 6.1.3.2] Sementara itu di jagat raya terdapat jutaan White Hole yang masing-masing memunculkan satu gelembung alam semesta. Akankah fenomena White Hole belum teramati oleh teleskop tercanggih, Hubble sampai saat ini? White Hole muncul saat awal lahirnya alam semesta material. Hanya saja, apakah saat ini proses penciptaan alam material sebagaimana lahirnya alam semesta masih berlangsung?
Penciptaan Manusia dan Isi Bumi
Teori penciptaan Veda mengenai isi bumi dapat dilihat dalam kitab Veda Smriti yaitu Manawa Dharma sastra. disana disebutkan Brahman menciptakan mahlkuk hidup dan isi alam ini melalui tapaNya;
“kemudian Aku ingin menciptakan mahluk2 hidup, menjalankan tapa dengan maksud menciptakan sepuluh maharsi pemimpin dari mahluk hidup” - Manawa Dharmasastra 1.34
“mereka menjelmakan Tujuh Manu lagi yang memiliki cahaya cemerlang, para dewa dengan tingkat2annya dan maharsi yang memiliki kekuatan batin yang tinggi” - Manawa Dharmasastra 1.36
“diciptakan pula para yaksa, raksasa dan banyak tingkatan roh, kilat, guruh, mendung, pelangi, hujan, suara2 gaib, bintang2 yang bergerak serta sinar2 langit yang beraneka ragam. para kinnara, tumbuhan, berbagai jenis ikan, kura2, burung2, binatang, manusia dan segala macam benda2 tak bergerak. demikian semua ciptaan yang bergerak maupun tak bergerak, diciptakan oleh MahaAtma dengan kekuatan tapanya, semuanya atas perintahKu dan menurut hasil daripada perbuatannya” - Manawa Dharmasastra 1.37-41.
“ada Enam Manu lagi yang berjiwa suci dan berpikiran sangat tinggi, yang menjadi warga manu keturunan dari Swayambhu Manu yang telah menjadikan semua mahluk hidup di dunia ini” - Manawa Dharmasastra 1.61
“ketujuh Manu yang gemilang ini yang pertama adalah Swayambhu Manu, mengadakan dan melindungi semua mahluk hidup dan benda mati di dunia ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan baginya” - Manawa Dharmasastra 1.63
Dalam agama Hindu, Manu adalah pemimpin setiap Manwantara, yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa. Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu. Daftar para Manu dipaparkan di bawah ini dari manu pertama sampai manu ke empat belas; Swayambu, Swarocisa, Utama, Tamasa, Raiwata, Caksusa, Waiwaswata, Sawarni, Daksasawarni, Brahmasawarni, Darmasawarni, Rudrasawarni, Rocya atau Dewasarni dan Botya atau Indrasawarni. Zaman sekarang adalah Manwantara ketujuh dan oleh Manu ketujuh yang bergelar Waiwaswata Manu. Jadi, tujuh Manwantara lainnya akan terjadi di masa depan, dan dipimpin oleh seorang Manu yang baru. Menurut Hindu, keberadaan alam semesta tak lepas dari siklus kalpa. Satu kalpa berlangsung selama jutaan tahun, dan satu kalpa terdiri dari empat belas Manwantara (siklus Manu).
Manu yang pertama adalah Swayambu Manu, sebagai kakek moyang manusia. Swayambu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu dari Manu disebut Manawa (secara harfiah berarti keturunan Manu), merujuk kepada manusia zaman sekarang. Menurut agama Hindu, Swayambu Manu dan Satarupa merupakan pria dan wanita pertama di dunia .
Waiwaswata Manu, atau Manu yang sekarang, dikatakan merupakan putra dari Surya (Wiwaswan), yaitu dewa matahari menurut mitologi Hindu. Waiwaswata Manu terlahir pada zaman Satyayuga dan mendirikan kerajaan bernama Kosala, dengan pusat pemerintahan di Ayodhya. Ia memiliki sepuluh anak: Wena, Dresnu (Dresta), Narisyan (Narisyanta), Nabaga, Ikswaku, Karusa, Saryati, Ila, Persadru (Persadra), dan Nabagarista. Dalam kitab Matsyapurana, ia muncul sebagai raja yang menyelamatkan umat manusia dari bencana air bah setelah mendapat pesan dari Wisnu yang berwujud ikan (Matsya Awatara). Cerita penyelamatan raja dan mahluk hidup ini sangat mirip dengan riwayat Nabi Nuh (kisah perahu Noah/Nuh dalam torah) yang menyelamatkan mahluk hidup dari bencana air bah.
Manwantara (Sanskerta: मन्वन्तर ) adalah satuan waktu dalam agama Hindu yang terdiri dari 71 Mahayuga. Menurut mitologi Hindu, bila 14 Manwantara telah berlalu, maka seluruh dunia akan dihancurkan. Saat ini, sudah enam manwantara berlalu dan zaman sekarang adalah manwantara ketujuh. Jadi, masih ada tujuh manwantara lagi sebelum dunia dihancurkan.
Menurut kitab Purana, dunia terbagi menjadi empat zaman, diawali oleh Satyayuga (zaman kebenaran), dan diakhiri oleh Kaliyuga (zaman kegelapan). Setelah Kaliyuga berakhir, dimulailah Satyayuga yang baru. Demikian seterusnya dan siklus dari zaman Satyayuga menuju Kaliyuga disebut Mahayuga. Menurut kitab Brahmapurana, satu Mahayuga berlangsung selama 12.000 tahun para dewa atau 4.320.000 tahun manusia.
Secara singkat diuraikan sebagai berikut:
Satyayuga (1.728.000 tahun), Tretayuga (1.296.000 tahun), Dwaparayuga (864.000 tahun), Kaliyuga (432.000 tahun), Sehinga lama Mahayuga (4.320.000 tahun)
71 Mahayuga membentuk satu manwantara. Dengan demikian, lama berlangsungnya 1 manwantara dapat dihitung sebagai berikut:
* 1 Mahayuga = 4.320.000 tahun
* 71 Mahayuga = 1 Manwantara
* 1 Manwantara = 71 × 4.320.000 tahun = 306.720.000 tahun
Maka, satu manwantara berlangsung selama 306.720.000 tahun. Setelah 14 manwantara berlangsung, maka tercapailah periode satu Kalpa. Alam semesta dihancurkan setiap periode satu Kalpa. Menurut berbagai kitab Purana, zaman sekarang adalah manwantara ketujuh, berarti enam manwantara telah berlalu dan masih ada tujuh manwantara lagi sebelum dunia dihancurkan.
mengenai kiamat juga sudah dijelaskan dalam Veda, bahwa kiamat itu sendiri sudah biasa dan sudah pernah terjadi berulang-ulang kalinya;
“mawantara2, penciptaan dan kiamatnya dunia ini telah ber-ulang2 kali” Manawa Dharmasastra 1.80
Teori Penciptaan Modern
Teori Big Bang adalah salah satu pengembangan model kosmologi homogen dan uniform yang didasarkan pada relativitas Einstein, de Sitter dan Fiedmann. Dengan pertimbangan tersebut, pemilihan unit untuk dispersi massa-energi menjadi sangat penting. Kita tahu bahwa planet-planet dan bintang-bintang tidaklah terdistribusi merata. Para ilmuwan memilih skala yang lebih besar, pada awalnya dipercayai galaksi tersebar secara merata diseluruh angkasa luar.
Ketika Hubble melakukan survey pada 44,000 galaksi, Sayangnya ia tidak menemukan distribusi merata, bahkan ia menemukan pengelompokan (clustering). Penelitiannya dilanjutkan oleh Fritz Zwicky pada tahun 1938 yang menemukan juga bahwa galaksi mengelompok dan tidak terdistribusi merata. Hal ini yang mendasari bahwa kelompok galaksi (cluster of galaxies) adalah unit yang cocok dan kelompok galaksi ini tersebar secara merata di angkasa.
Galaksi kita, Bima Sakti, adalah bagian dari kelompok dua puluh lima galaksi. Astronomer Perancis Gerard de Vaucouleurs melakukan penelitian dalam skala yang lebih besar lagi pada tahun 1950, dan menemukan bahwa kelompok galaksi juga tidak terdistribusi merata. Ia mengelompokkan galaksi dalam supercluster yang mempunyai rentang 200 juta-tahun-cahaya. Para ilmuwan kemudian percaya bahwa supercluster galaksi ini adalah unit yang lebih tepat karena semesta tampak terdistribusi merata. Tapi ada lagi penemuan baru yang mendapatkan bahwa supercluster terletak pada gelembung raksasa. Di dalam gelembung adalah rongga besar tanpa ada galaksi hampir tak ada massa dan energi.
Uniknya Veda mempunyai referensi tentang struktur raksasa ini pada Satapatha Brahmana:
“Ketika Apah dipanaskan, gelembung (Phena) tercipta” - Satapatha Brahmana 6.1.3.2
Definisi Apah sudah dijelaskan di atas bahwa itu bukan semata-mata air. Ada cukup referensi untuk membuktikan bahwa orang suci Veda menganggap Apah melingkupi seluruh alam semesta. Dengan tanpa mengetahui arti sains dari Apah, semua agama dan mitologi membicarakan alam semesta yang ditutupi oleh air pada awal penciptaan.
Mantram yang dikutip diatas, dengan jelas membuktikan bahwa orang suci Veda berpendapat bahwa tegangan permukaan bekerja sehingga Apah menjadi berbentuk gelembung. Ditemukannya gelembung raksasa dalam skala besar pada struktur alam semesta membuktikan adanya tegangan permukaan dalam evolusi semesta.
Karena ilmu pengetahuan modern gagal memasukkan tegangan permukaan dalam teori Big Bang, tak heran setelah tujuh puluh tahun riset yang terus menerus belum juga mampu memprediksi evolusi alam semesta.
Sebabnya jelas. Seluruh framework Big Bang adalah salah.
Pada dasarnya teori relativitas umum, interval ruang-waktu itu adalah sebuah pemecahan dari persamaan medan gravitasi Einstein di luar sebuah distribusi materi. Interval dari sebuah ruang-waktu dalam teori relativitas umum selalu mempunyai sebuah singularitas. Singularitas ini mengindikasikan keberadaan sebuah benda yang sangat masif yang dinamakan lubang hitam (black hole). Benda yang berperilaku menyerupai sebuah lubang hitam tetapi dengan arah waktu yang dibalikkan (time reversed black hole) dinamakan sebuah lubang putih (white hole). Persamaan medan gravitasi Einstein mengandung sebuah konstanta kosmologi yang sampai sekarang masih menimbulkan berbagai macam kontroversi. Teori relativitas umum inilah yang mendasari semua model kosmologi relativistik yang menjelaskan struktur dari sebuah alam semesta berskala besar, hanya saja sampai saat ini teori White Hole – Black Hole belum dipandang sebagai suatu kosmologi penciptaan yang diakui sebagaimana teori penciptaan Big Bang. Dan kinilah saatnya Teori White Hole – Black Hole yang dibenarkan dalam ayat-ayat Veda menjadi alternatif Teori Penciptaan Modern.
mungkin dari ulasan tersebut diatas masih ada kekurangan, mohon teman2 menambahkan agar artikel ini menjadi lbih lengkap. thx
by cakepane.blogspot
Minggu, 12 September 2010
VIRGIN ATAU PERAWAN
KENAPA CEWEK HARUS TETAP VIRGIN ATAU PERAWAN
Posted: 11 Sep 2010 11:30 PM PDT
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9DoTzPtLfxZOjM-jlhfD47JQacPrvCmWakMLe-L4r2U_SVMQOWvDaE1uUnd1z4WALrPVVIqGQ5j78DCRqhenkgsCSp55_nllRXqZkAiI8sD-pruYtQUc6mDV780lV8xjFsCnpi2vJUJzz/s400/virgin_.jpg
Virgin atau Perawan... Lengkapnya kenapa cewek harus tetap Virgin? Untuk pertanyaan ini sepertinya banyak sekali jawaban yang dapat diberikan, semua tergantung atau kembali kepada individu masing2. Akan tetapi di masa sekarang yang sudah semakin bebas ada baiknya perlu tahu apa saja kerugian-kerugian jika melakukan sex pra nikah.
Resiko dari sex pra nikah semua orang pasti sudah pada tahu, yaitu HAMIL dan akhirnya MBA alias Married By Accident (kalau sudah gini siapa yang malu...). Selain itu pula dengan sex pra nikah beresiko tertular penyakit kelamin, dan sebagainya. Sebenarnya dengan alasan di atas sudah cukup buat untuk tidak melakukan sex pra nikah. Tapi masih banyak alasan lainnya yang perlu untuk diketahui:
1. Sex Pra Nikah menyebabkan kamu akan dihantui perasaan bersalah
Sekali kamu melakukannya dan meskipun mungkin tidak ada seorangpun yang tahu, rasa bersalah akan selalu menghantui. Bahkan bisa jadi kamu akan menjadi benci pada dirimu sendiri karena tidak bisa menolak tekanan untuk melakukan hubungan sex. Perasaan seperti ini memang tidak mendominasi, tapi biasanya akan selalu muncul setiap waktu dan akan selalu menjadi bagian darimu.
2. Karena kamu bisa menjadi “sexual person“ dan segala sesuatunya tidak akan pernah lagi sama seperti semula
Seperti kalau pernah mencoba sesuatu benda additif lainnya, maka ada saatnya rasa kepingin atau ketagihan akan datang. Akibatnya, pikiran akan dipenuhi dengan sex dan menggangu konsentrasi untuk hal lainnya.
Dengan kata lain : dewasa sebelum waktunya.
3. Sex Pra Nikah akan mengubah cara pandangmu tentang sex – selamanya
Sex seharusnya sesuatu yang sakral dan menjadi sangat indah jika dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi jika dilakukan sebelum menikah, maka bisa jadi sex berubah menjadi sebagai suatu yang “kotor” dan terlarang. Cara pandang ini bisa terus tertanam di benak kamu, bahkan setelah kamu menikah nantinya. Sayang khan ?
4. Kamu akan sulit lepas dari “the first one”
Biasanya cewek merasakan ikatan yang sulit dilepas dengan cowok yang telah dia berikan virginitasnya. Ini tidak ada hubungan dengan ketakutan kalau-kalau tidak ada cowok lain yang akan menerima dia sesudah tidak virgin. Ini masalah psikologis. Padahal, cowok belum tentu merasakan hal yang sama.
5. Karena hubungan pacaran kamu bisa berubah menjadi “all about sex“
Pasangan pra nikah yang telah melakukan hubungan sex biasanya akan selalu mempunyai hidden agenda. Kapan dan dimana akan melakukannya.... Tidak jarang karena jadwal rahasia ini mereka harus berbohong, kepada siapa saja. Bentuk-bentuk perhatian akan menjadi bias. Apakah bener-bener tulus atau karena cuma sex. Bahkan terkadang sedang berantem hebatpun akan langsung baikan cuma gara-gara sex, dan melupakan masalah sesungguhnya.
6. Sex Pra Nikah, maka kamu tidak akan pernah menikmati surganya bulan madu
Karena sudah biasa melakukan hubungan sex pra nikah, maka bulan madu yang mestinya asyik dan romantis, bakal jadi seperti liburan biasa. Tidak akan pernah ada sesuatu yang berkesan untuk seumur hidupmu.
7. Karena kamu bisa menjaga reputasi dan tidak mau “nyesel” di kemudian hari
Hampir bisa dipastikan, teman-temannya akan tahu jika seorang cowok telah melakukan hubungan sex dengan pacarnya. Jadi ini merupakan rahasia………….umum.
Dan tentu saja kamu tidak menghendaki mempermalukan dirimu seperti ini.
Semua itu di karenakan CINTA ...
VIRGIN atau PERAWAN .... kembali kepada individu masing2, tulisan di atas hanya sekedar sharing aja. Semoga bermanfaat dech...
Posted: 11 Sep 2010 11:30 PM PDT
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9DoTzPtLfxZOjM-jlhfD47JQacPrvCmWakMLe-L4r2U_SVMQOWvDaE1uUnd1z4WALrPVVIqGQ5j78DCRqhenkgsCSp55_nllRXqZkAiI8sD-pruYtQUc6mDV780lV8xjFsCnpi2vJUJzz/s400/virgin_.jpg
Virgin atau Perawan... Lengkapnya kenapa cewek harus tetap Virgin? Untuk pertanyaan ini sepertinya banyak sekali jawaban yang dapat diberikan, semua tergantung atau kembali kepada individu masing2. Akan tetapi di masa sekarang yang sudah semakin bebas ada baiknya perlu tahu apa saja kerugian-kerugian jika melakukan sex pra nikah.
Resiko dari sex pra nikah semua orang pasti sudah pada tahu, yaitu HAMIL dan akhirnya MBA alias Married By Accident (kalau sudah gini siapa yang malu...). Selain itu pula dengan sex pra nikah beresiko tertular penyakit kelamin, dan sebagainya. Sebenarnya dengan alasan di atas sudah cukup buat untuk tidak melakukan sex pra nikah. Tapi masih banyak alasan lainnya yang perlu untuk diketahui:
1. Sex Pra Nikah menyebabkan kamu akan dihantui perasaan bersalah
Sekali kamu melakukannya dan meskipun mungkin tidak ada seorangpun yang tahu, rasa bersalah akan selalu menghantui. Bahkan bisa jadi kamu akan menjadi benci pada dirimu sendiri karena tidak bisa menolak tekanan untuk melakukan hubungan sex. Perasaan seperti ini memang tidak mendominasi, tapi biasanya akan selalu muncul setiap waktu dan akan selalu menjadi bagian darimu.
2. Karena kamu bisa menjadi “sexual person“ dan segala sesuatunya tidak akan pernah lagi sama seperti semula
Seperti kalau pernah mencoba sesuatu benda additif lainnya, maka ada saatnya rasa kepingin atau ketagihan akan datang. Akibatnya, pikiran akan dipenuhi dengan sex dan menggangu konsentrasi untuk hal lainnya.
Dengan kata lain : dewasa sebelum waktunya.
3. Sex Pra Nikah akan mengubah cara pandangmu tentang sex – selamanya
Sex seharusnya sesuatu yang sakral dan menjadi sangat indah jika dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi jika dilakukan sebelum menikah, maka bisa jadi sex berubah menjadi sebagai suatu yang “kotor” dan terlarang. Cara pandang ini bisa terus tertanam di benak kamu, bahkan setelah kamu menikah nantinya. Sayang khan ?
4. Kamu akan sulit lepas dari “the first one”
Biasanya cewek merasakan ikatan yang sulit dilepas dengan cowok yang telah dia berikan virginitasnya. Ini tidak ada hubungan dengan ketakutan kalau-kalau tidak ada cowok lain yang akan menerima dia sesudah tidak virgin. Ini masalah psikologis. Padahal, cowok belum tentu merasakan hal yang sama.
5. Karena hubungan pacaran kamu bisa berubah menjadi “all about sex“
Pasangan pra nikah yang telah melakukan hubungan sex biasanya akan selalu mempunyai hidden agenda. Kapan dan dimana akan melakukannya.... Tidak jarang karena jadwal rahasia ini mereka harus berbohong, kepada siapa saja. Bentuk-bentuk perhatian akan menjadi bias. Apakah bener-bener tulus atau karena cuma sex. Bahkan terkadang sedang berantem hebatpun akan langsung baikan cuma gara-gara sex, dan melupakan masalah sesungguhnya.
6. Sex Pra Nikah, maka kamu tidak akan pernah menikmati surganya bulan madu
Karena sudah biasa melakukan hubungan sex pra nikah, maka bulan madu yang mestinya asyik dan romantis, bakal jadi seperti liburan biasa. Tidak akan pernah ada sesuatu yang berkesan untuk seumur hidupmu.
7. Karena kamu bisa menjaga reputasi dan tidak mau “nyesel” di kemudian hari
Hampir bisa dipastikan, teman-temannya akan tahu jika seorang cowok telah melakukan hubungan sex dengan pacarnya. Jadi ini merupakan rahasia………….umum.
Dan tentu saja kamu tidak menghendaki mempermalukan dirimu seperti ini.
Semua itu di karenakan CINTA ...
VIRGIN atau PERAWAN .... kembali kepada individu masing2, tulisan di atas hanya sekedar sharing aja. Semoga bermanfaat dech...
Selasa, 07 September 2010
ABG Pesta Seks di Bulan Puasa
Browse » Home » News » Gila! 8 ABG Pesta Seks di Bulan Puasa
Gila! 8 ABG Pesta Seks di Bulan Puasa
http://static.inilah.com/data/berita/foto/805031.jpg
Lima pria dan tiga wanita digrebek polisi di sebuah rumah kos di kawasan Gedangan Utara Kuburan, Sidoarjo, Jawa Timur saat asyik masyuk pesta seks, Selasa (7/9).
Selain mengamankan para pelaku, petugas juga mengamankan satu botol minuman bersoda yang diduga dioplos dengan minuman beralkohol. Kanit Reskrim Polsek Gedangan, Aiptu Tri Tiko GH mengatakan, penggerebekan bermula dari informasi masyarakat.
Menurut informasi masyarakat, kos-kosan yang dikenal bebas milik tuan Gurung asal Kupang Segunting Surabaya itu kerap dijadikan tempat pesta kaum muda-mudi. "Setelah kami lakukan pengintaian dan digrebek, ternyata mereka sedang pesta seks. Sebelum pesta, para pelaku juga pesta minum terlebih dahulu," ujarnya.
Saat digerebek petugas, kondisi anak muda yang masih usia produktif itu dalam kondisi bugil. Di antara pelaku yang diamankan yakni YA (18), wanita pekerja cafe Casanova Sidoarjo asal Kidang Beruk RT 36 RW 09 Wajak, Malang, Jawa Timur, sedang berhubungan badan dengan G (25), warga Runukan Kecamatan Kulon Progo, Yogyakarta.
Lainnya, AF (16), gadis asal Talang RT 01 RW 01 Kecamatan Sendang, Tulungagung, Jawa Timur, yang berpasangan dengan L (23), asal Alang-alang Caruban Kecamatan Jogoroto dan DS (21) asal Keboan Sikep RT 05 RW 04 Gedangan. "L dan DS mengaku bersetubuh dengan AF secara bergantian hingga naik dua kali," terang Tri.
Sedangkan yang lainnya, SM (18) gadis asal Lemah Putro Gang ll Sidoarjo bergantian dengan Y (25), warga Kebon Sikep RT 02 RT 01 Gedangan dan T (23) pekerja PT Jaya Abadi Gedangan asal Kayen Diwek Jombang yang menunggu giliran.
Tri Tiko juga menyatakan para pemuda pemudi itu selanjutnya akan diserahkan ke PPA Polres Sidoarjo untuk dilakukan penyidikan. Untuk penjual minuman yang disamarkan dengan minuman soda juga akan dilakukan pemeriksaan karena mengandung alkohol. "Selain itu tidak dibenarkan berjualan minuman di bulan puasa seperti ini," tegasnya.
Admin menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Admin berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.
Gila! 8 ABG Pesta Seks di Bulan Puasa
http://static.inilah.com/data/berita/foto/805031.jpg
Lima pria dan tiga wanita digrebek polisi di sebuah rumah kos di kawasan Gedangan Utara Kuburan, Sidoarjo, Jawa Timur saat asyik masyuk pesta seks, Selasa (7/9).
Selain mengamankan para pelaku, petugas juga mengamankan satu botol minuman bersoda yang diduga dioplos dengan minuman beralkohol. Kanit Reskrim Polsek Gedangan, Aiptu Tri Tiko GH mengatakan, penggerebekan bermula dari informasi masyarakat.
Menurut informasi masyarakat, kos-kosan yang dikenal bebas milik tuan Gurung asal Kupang Segunting Surabaya itu kerap dijadikan tempat pesta kaum muda-mudi. "Setelah kami lakukan pengintaian dan digrebek, ternyata mereka sedang pesta seks. Sebelum pesta, para pelaku juga pesta minum terlebih dahulu," ujarnya.
Saat digerebek petugas, kondisi anak muda yang masih usia produktif itu dalam kondisi bugil. Di antara pelaku yang diamankan yakni YA (18), wanita pekerja cafe Casanova Sidoarjo asal Kidang Beruk RT 36 RW 09 Wajak, Malang, Jawa Timur, sedang berhubungan badan dengan G (25), warga Runukan Kecamatan Kulon Progo, Yogyakarta.
Lainnya, AF (16), gadis asal Talang RT 01 RW 01 Kecamatan Sendang, Tulungagung, Jawa Timur, yang berpasangan dengan L (23), asal Alang-alang Caruban Kecamatan Jogoroto dan DS (21) asal Keboan Sikep RT 05 RW 04 Gedangan. "L dan DS mengaku bersetubuh dengan AF secara bergantian hingga naik dua kali," terang Tri.
Sedangkan yang lainnya, SM (18) gadis asal Lemah Putro Gang ll Sidoarjo bergantian dengan Y (25), warga Kebon Sikep RT 02 RT 01 Gedangan dan T (23) pekerja PT Jaya Abadi Gedangan asal Kayen Diwek Jombang yang menunggu giliran.
Tri Tiko juga menyatakan para pemuda pemudi itu selanjutnya akan diserahkan ke PPA Polres Sidoarjo untuk dilakukan penyidikan. Untuk penjual minuman yang disamarkan dengan minuman soda juga akan dilakukan pemeriksaan karena mengandung alkohol. "Selain itu tidak dibenarkan berjualan minuman di bulan puasa seperti ini," tegasnya.
Admin menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Admin berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.
Langganan:
Postingan (Atom)