Jumat, 15 Oktober 2010

Proses Belajar Nge-Leak

Proses Belajar Nge-Leak

Pada dasarnya ilmu ini sangat rumit dan rahasia sekali, jarang seorang guru mau dengan terang-terangan memberikan ilmu ini dengan cuma-cuma. Begitu juga saya belajar dengan tiga guru dengan sangat susah payah harus "ngesorang rage" biar bisa diterima jadi murid.

Sebelum seorang belajar ilmu leak terlebih dahulu harus diketahui otonan orang tersebut (hari lahir versi Bali) hal ini sangat penting, karena kwalitas dari ilmu yang dianut bisa di ketahui dari otonanya, sang guru harus hati-hati memberikan pelajaran ini kalau tidak murid akan celaka oleh ilmu tersebut. Setelah diketahui barulah proses belajar di mulai, pertama-tama murid harus mewinten Brahma widya, dalam bahasa lontar “Ngerangsukan Kawisesan”, dan hari baik pun tentunya dipilih oleh sang guru.

Tahap dasar murid diperkenalkan dengan Aksara Wayah atau Modre. Selajutnya murid di “Rajah” (ditulis secara spiritual) seluruh tubuh oleh sang guru, hal ini di lakukan di Kuburan pada saat kajeng kliwon nyitan.

Selesai dari proses ini barulah sang murid sah diajarkan oleh sang guru, ada 5 sumpah yang dilakukan di kuburan :

1. hormat dan taat dengan ajaran yang di berikan oleh guru
2. Selalu melakukan ajapa-ajapa dan menyembah SIWA Dan DURGA dalam bentuk ilmu kawisesan,
3. tidak boleh pamer kalau tidak kepepet, selalu menjalankan darma,
4. tidak boleh makan daging kaki empat, tidak boleh bersetubuh ( zina)
5. tidak boleh menyakiti atau dengan carapapun melalui ilmu yang kita pelajari.

Di Bali yang namanya Rangda selalu indentik dengan wajah seram, tapi di jawa di sebut Rondo berarti janda, inilah alasanya kenapa dahulu para janda lebih menguasai ilmu pengeleakan ini dari pada laki-laki, dikarenakan wanita lebih kuat nahan nafsu... Pada dasarnya kalau boleh saya katakan ilmu ini berasal dari tanah Jawa, campuran aliran Siwa dan Budha, yang di sebut dengan “Bajrayana”.

adapun tingkat pelajarannya adalah:

* Tingkat satu kita diajari bagaimana mengendalikan pernafasan, di bali dan bahasa lontar di sebut “Mekek Angkihan” atau Pranayama.
* Tingkat dua kita diajarkan Visualisasi, dalam ajaran ini disebut "Ninggalin Sang Hyang Menget"
* Tingkat tiga kita diajar bagaimana kita melindungi diri dengan tingkah laku yang halus serta tanpa emosi dan dendam, di ajaran ini di sebut "Pengraksa Jiwa”.

Tingkat empat kita di ajar kombinasi antara gerak pikiran dengan gerak tubuh, dalam bahasa yoga disebut Mudra. mudra ini berupa tarian jiwa akhirnya orang yang melihat atau yang nonton di bilang "Nengkleng” (berdiri dengan kaki satu). Mudra yang kita pelajari persis seperti tarian siwa nata raja. Tingkat empat barulah kita diajar Meditasi, dalam ajaran pengeleakan disebut "Ngeregep”, yaitu duduk bersila tangan disilangkan di depan dada sambil mengatur pernafasan sehingga pikiran kita tenang atau “Ngereh” dan “Ngelekas”.
Tingakat lima kita di ajarkan bagaimana melepas roh ( Mulih Sang Hyang Atma ring Bayu, Sabda lan Idep) melalui kekluatan pikiran dan batin dalam bahasa sekarang disebut Levitasi, berada di luar badan. Pada saat levitasi kita memang melihat badan kita terbujur kaku tanpa daya namun kesadaran kita sudah pindah ke badan halus, dan di sinilah orang disebut berhasil dalam ilmu leak tersebut, namun..ini cukup berbahaya kalau tidak waspada dan kuat iman serta mental kita akan keliru, bahkan kita bisa tersesat di alam gaib. Makanya kalau sampai tersesat dan lama bisa mati, ini disebut “mati suri”, maka Bhagawadgita benar sekali, (apapun yang kamu ingat pada saat kematian ke sanalah kamu sampai... dan apapun yang kamu pikirkan begitulah jadinya)

Tentu dalam pelajaran2 ini sudah pasti dibutuhkan ketekunan, puasa, berbuat baik, sebab ilmu ini tidak akan berhasil bilamana dalam pikiran menyimpan perasaan dendam, apalagi kita belajar ilmu ini untuk tujuan tidak baik saya yakin tidak akan mencapai tujuannya.

Kendati demikian godaan selalu akan datang seperti, nafsu sek meningkat, ini alasanya kenapa tidak boleh makan daging kaki empat, dan kita diajurkan tidur di atas jam 12 malam agar konisi agak lemah sehingga nafsu seks berkurang. Dan tengah malam tepat jam 12 kita diwajibkan untuk meditasi sambil mencoba melepas roh

dalam dunia leak sama seperti perkumpulan spiritual, pada hari-hari tertentu pada umumnya KAJENG KLIWON, kaum leak mengadakan “puja bakti” bersama memuja SIWA, DURGA, BERAWI, biasanya di pura dalem atau di Kuburan (pura Prajapti) dalam bentuk NDIHAN, bukan kera, anjing, dan lain-lain.

Jadi demikian semeton yang bisa saya sampaikan, mudah mudahan tulisan ini menambah wawasan di bidang ilmu leak sehingga besok-besok kita tidak ikut-ikutanan mengatakan LEAK itu jahat

YA SAKTI SANG SAJANA DARMA RAKSAKA, orang yang bijaksana pasti berpegang teguh pada dharma, dan orang yang berpegang darma sudah pasti bijaksana.

Akhir kata, maaf apabila dalam tulisan ini ada kekurang atau dalam penjelasan saya ada yang tidak patut mohon di maaflkan.

Ilmu Kewisesan Pengiwa Leak Desti

Kata Pengiwa berasal dari bahasa jawa kuno; yang asal katanya kiwa dalm bahasa Jawa Kuno yang artinya kiri; kiwan; sebelah kiri, Ngiwa = Nyalanang aji wegig (menjalankan aliran kiri), seperti ; pengeleakan penestian, Menggal Ngiwa = nyemak (melaksanakan) gegaen dadua (pekerjaan kiri dan kanan).

Pengertian Kiwa dan Tengen artinya ilmu hitam dan ilmu putih, Ilmu Hitam disebut juga ilmu pengeleakan, tergolong aji wegig. Aji berarti ilmu, Wegig berarti begig yaitu suatu sifat yang suka mengganggu orang lain. Karena sifatnya negatif, maka ilmu itu sering disebut “ngiwa”. Ngiwa berarti melakukan perbuatan kiwa alias kiri.

Aji Penengen (Ilmu putih) sangat bertentangan dengan ilmu hitam. Ilmu putih sebagai lawannya, yang disebut pula ilmu penangkal leak yang bisa dipakai untuk memyembuhkan orang sakit karena diganggu leak, sebab aji usadha berhaluan kanan, disebut haluan “tengen” berarti kanan. Ilmu putih ini mengandung ilmu “kediatmika”.

Leak Desti yang merupakan bagian dari Ilmu Pengiwa dari jaman dulu kala sudah menjadi fenomena yang tak pernah sirna dimakan jaman, keberadaannya dari dulu menjadi momok yang menakutkan masyarakat. Leak Desti adalah perwujudan ilmu leak tingkat paling bawah yaitu perwujudannya bisa berbentuk binatang. adapun nama – nama yang sangat popular adalah:

* Lelakut yaitu sejenis kadal yang besar berbadan hitam loreng-loreng, berkepala manusia berwajah seram dan hitam, rambutnya terurai, taringnya panjang, giginya runcing, matanya lebar dan menyala keluar api berwarna hijau, mempunyai ekor panjang warnannya loreng hitam putih.
* Bebae yaitu sejenis binatang kambing berbulu putih mulus, mempunyai telinga panjang menjulur kebawah sampai menyentuh tanah.

Leak Desti ini sasarannya adalah orang-orang yang penakut sehingga kalau orang yang ketakutan ini melihat leak Desti maka ia akan lari terbirit-birit dan bisa terjatuh dan pada saat jatuh itulah maka Leak Desti ini akan menyerang dan akan mengisap darah orang yang terjatuh tadi.

Disamping orang yang ketakutan juga bisa disasar anak-anak kecil terutama bayi-bayi sehingga bayi-bayi itu bisa menangis terus-menerus dan tidak mau menyusu pada ibunya dan lama-lama sampai anak kecil tersebut jatuh sakit. Leak Desti ini di Bali ada penangkalnya yaitu melalui orang-orang Wiku yaitu orang yang sudah menguasai ilmu pengobatan yang disebut ilmu Usada Bali (pengobatan tradisional Bali).

“Ngereh” artinya proses perubahan wujud dari manusia menjadi Leak. Leak desti adalah wujud siluman jahat (setan). Desti adalah perwujudan binatang siluman manusia dalam bentuk binatang yang aneh dan seram.

Adapun Tehnik Ngereh Leak Desti tersebut adalah sebagai berikut : Dalam ajaran Agama Hindu mengenal tiga Kerangka Dasar yaitu:

* Tatwa berarti orang yang menjalankan ilmu pengeleakan harus menyadari tentang ajarannya.
* Etika berarti orang yang menjalankan ilmu pengeleakan pasti akan melaksanakan mengenai tehnik-tehnik tingkah lakunya.
* Upakara berarti orang yang menjalankan ilmu pengeleakan sudah tentunya melaksanakan upakara-upakara seperti menghaturkan sesajen (banten dalam bahasa bali) sebagai sarana upakara.


Sebelum Ngereh (proses perubahan wujud) menjadi Leak Desti, orang yang menjalankan pengeleakan terlebih dahulu melaksanakan beberapa tahapan kegiatan dengan melakukan berbagai permohonan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan ngereh tersebut adalah sebagai berikut :

1. Memasang pasirep yaitu mengeluarkan ilmu kesaktian agar semua mahluk hidup yang ada di sekitarnya semuannya tertidur lelap.
2. Mencari tempat ngereh yaitu mencari tempat yang paling strategis dan aman seperti misalnya di Kuburan, pada perempatan jalan, atau bisa di sawah yang penting tempat tersebut sepi.
3. Mempersiapkan upakara berupa sarana banten yang berkaitan dengan ilmu pengeleakan.
4. Melakukan permohonan-permohonan agar proses ngereh dapat berlangsung sesuai dengan yang diinginkan kepada Tuhan dalam segala bentuk menifestasinya yaitu :

Pertama mohon kepada yang bernama Butha Peteng (perwujudan unsur alam gelap) untuk memagari tempatnya agar siapa yang lewat supaya tidak melihat, dilanjutkan kemudian dengan memasang ilmu pengreres (ilmu penakut) agar yang lewat menjadi ketakutan.
Kedua mohon kepada yang bernama Butha Keridan (perwujudan unsur alam terbalik) agar pengelihatan orang bisa terbalik yaitu yang di atas bisa terlihat di bawah.
Ketiga secara berturut-turut mohon kepada yang bernama Sang Kala Jingkrak, Butha Lenga, Butha Ringkus, Butha Jengking dan terakhir mohon kepada yang bernama sang Butha Kapiragan, agar segala permohonannya bisa terkabul.
Sang Kala Jingkrak, Butha Lenga, Butha Ringkus, Butha Jengking dan Butha Kapiragan adalah nama-nama Butha Kala yang menguasai Ilmu Pengleakan.

Keempat setelah proses permohonan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan muspa (sembahyang) dengan posisi badan terbalik yang dilanjutkan dengan nengkleng (berdiri dengan kaki satu) berjalan nengkleng mengitari "sanggah cucuk" (tempat menaruh sesajen yang terbuat dari batang bambu), sesuai dengan tingkat ilmunya dengan posisi putaran berjalan nengkleng kearah kiri.

Dengan melalui ngereh tersebut diatas maka orang yang menguasai ilmu pengeleakan bisa berubah wujud sesuai tingkat ilmu pengeleakan yang dikuasainya yaitu kalau tingkat Desti maka orang tersebut bisa berubah wujud menjadi binatang yang aneh-aneh dan seram

setelah menguasai Ilmu Pengiwa Leak Desti, penekun akan dengan mudah membuat sarana pengleakan yang biasa di gunakan oleh pengikut aliran kiri ini. Sarana tersebut seperti :

1. “Pengasren” (semacam pelet), yakni sarana magis agar orang yang bersangkutan menjadi kelihatan selalu cantik dan tampan, awet muda dan mempunyai daya pikat yang tinggi. Dengan sarana tersebut orang akan mudah dapat memikat lawan jenis yang dikehendakinya.
2. “Pengeger” (semacam penglaris) yang dapat menyebabkan si pemakai menjadi laris dalam berdagang atau berusaha, dengan harapan si pemakai menjadi semakin kaya.
3. “Pengasih-asih”, yakni sarana yang dapat membuat orang menjadi jatuh cinta kepada orang yang menggunakan sarana tersebut. Atau dapat pula disebut dengan sarana guna-guna. Seperti misalnya : guna lilit, guna jaran guyang, guna tuntung tangis, dan lain-lain macamnya.
4. “Penangkeb”, yakni sarana gaib atau mistis agar orang lain atau orang banyak menjadi tunduk. Dengan demikian orang tersebut dapat mengendalikan, mengarahkan, menguasai, atau menyetir orang lain atau orang banyak sesuai dengan keinginannya. Orang yang telah terkena ilmu penangkeb tak ubahnya seperti kerbau yang dicocok hidungnya, sehingga akan menjadi penurut sesuai perintah atau keinginan dari orang yang mengenakan ilmu penangkeb.
5. “Pepasangan”, yakni sarana yang ditanam pada tempat tertentu oleh orang yang bisa melakukan pengiwa. Tujuannya adalah untuk mengenai korbannya sesuai dengan yang diingini si pemasang. Dapat berupa sarana tulang manusia yang dibungkus, atau berupa bubuk tulang yang ditaburkan pada pekarangan rumah orang yang akan dijadikan korban. Dengan adanya pepasangan itu menjadikan situasi rumah tersebut menjadi agak lain, agak seram, penghuninya sakit-sakitan, sering cekcok, dan lain-lain.
6. “Sesawangan”, yakni kemampuan seseorang yang mempraktekkan ilmu pengiwa hanya dengan membayangkan wajah atau hanya nama dari calon korban. Sesawangan juga disebut dengan umik-umikan atau acep-acepan atau doa-doa. Dengan kemampuan ini seseorang yang melaksanakannya dapat mencapai korbannya, walaupun dia bersembunyi di balik dinding beton yang tebal dan kuat. Adanya ilmu ini makanya sering kita mendengar kalimat seperti berikut : “walaupun engkau berlindung di dalam gedong batu yang terkunci rapat, aku akan dapat mencapaimu”. Mungkin ilmu sesawanganlah yang digunakan orang tersebut.
7. “Ilmu Cetik” (racun) merupakan cara meracun orang atau korban. Ada cetik sekala dan ada cetik niskala. Cetik sekala diartikan bahwa meracun dengan menggunakan sarana tertentu yang tampak nyata, seperti cetik gringsing, cetik cadang galeng, cetik kerikan gangsa, dan lain-lain. Kemudian cetik niskala adalah meracun korban atau orang dengan sarana yang tidak kelihatan. Cetik ini hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu Leak yang sudah tinggi. Hanya dengan memandangi makanan atau minuman saja, maka korbannya akan menjadi sakit seperti yang dikehendaki. Jadi boleh dibilang cetik ini tanpa memerlukan sarana, karena tidak kelihatan.



Kewisesan yang diporolehnya kemudian disebarluaskan secara rahasia dengan menggunakan sarana seperti mas, mirah, tembaga, kertas merajah, dan lain-lain. Ada pula dalam bentuk bebuntilan (bungkusan kecil yang berisikan sarana tertentu). Si pemakai pengiwa tersebut juga diberikan rerajahan ongkara sungsang (ongkara terbalik) pada lidah, gigi, kuku, atau bagian tubuh tertentu lainnya. Atau ada pula penggunaan pengiwa dengan jalan maled (menelan sarana yang diberikan oleh gurunya). Sarana pengiwa tersebut dibakar sebelumnya, kemudian abunya dibungkus dengan buah pisang mas, dan kemudian ditelan. Setelah itu didorong masuk ke dalam tubuh dengan menggunakan tirta atau air suci.

Dalam kemajuan teknologi yang berkembang pesat saat ini ternyata di masyarakat masih mejadi trend penggunaan alat-alat kekebalan dalam berbagai bentuk baik yang dipakai maupun yang masuk dalam tubuhnya.

Adapun fungsi dari alat tersebut untuk menambah kepercayaan diri agar merasa lebih mampu dibandingkan dengan yang lainnya. Harus disadari fungsi dari alat ini bagaikan pisau bermata dua. Kalau tujuanya untuk kepentingan umum dalam hal menolong masyarakat tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah jika alat itu digunakan untuk pamer dan menguji orang lain, ini yang sangat riskan. Karena setiap alat yang kita pakai memiliki kadar tersendiri, tergantung dari sang pembuatnya. Karena ini berhubungan dengan kekuatan niskala yang berupa panengen dan pengiwa. Atau dalam istilah lainnya mengandung kekuatan pancaksara maupun dasaksara. Tidak sembarang orang bisa membuat alat seperti ini apalagi memasangnya karena berhubungan dengan pengraksa jiwa. Kalau berupa sesabukan (tali pinggang) menggunakan bahan-bahan tersendiri, berupa biji-bijian seperti kuningan, timah, perak, bahan panca datu. Ditambah sarana yang lainnya sebagai persyaratannya. Untuk menghidupkan ini perlu mantra pasupati biar benda tersebut menjadi hidup. Disinilah kekuatan penengen dan pengiwa berjalan sebagai satu kesatuan yang menjadi kekuatan panca dhurga.

Kalau sabuk pengeleakan lagi berbeda, di sini kekuatan pengiwa murni dipakai, sehingga yang memakainya akan memasuki dunia lain, tanpa disadari ia akan berubah secara sikap. Dan kita diolah oleh alat itu tanpa disadari kita menjadi kehilangan kontrol. Ini yang sangat berbahaya, jika tidak segera ditolong ia akan terjerumus, disinilah kekuatan penengen akan berjalan sebagai penetralisir. Di sinilah perlunya kita pemahaman apa itu penengen dan pengiwa jangan sepengal-sepenggal.

Kalau yang memasukan dalam tubuh juga hampir sama prosesnya dengan yang memakai alat, yang menjadi perbedaan adalah kalau yang memakai alat berada di luar tubuh dan yang memasukan berada di dalam tubuh, inipun prosesnya tidak gampang perlu orang yang tahu untuk memasangnya, memang tubuh menjadi kebal tapi perlu proses. Tidak langsung jadi. Disinilah kejelian seorang senior terhadap yuniornya apakah sudah siap secara mental atau tidak. Kalau sudah siap secara mental maka akan cepat benda itu bereaksi dan bisa dikontrol oleh dirinya sendiri, jika tidak akan sebaliknya akan membahayakan dirinya sendiri. Karena alat-alat yang dipasang akan menjadi energi. Di sinilah muncul keegoissan kita jika sudah merasa hebat seolah-olah kita yang paling unggul di antara orang lain, padahal kita tahu ilmu seperti ini sangat banyak.

Pengendalian diri sangat penting untuk membawa hal yang positif bagi kita sendiri, jangan terjebak oleh keinginan sesaat. Tapi sebaiknya kita gunakan alat-alat itu untuk kepentingan yang lebih baik seperti untuk jaga diri.

Untuk mendapatkan ilmu tersebut, harus mengadakan upacara yang disebut madewasraya. Apabila ingin menggunakan pangiwa, supaya dapat sakti dan manjur, mujarab dan digjaya, terlebih dahulu harus menyucikan diri. Setelah itu tatkala malam diadakannya madewasraya dahulu di kayangan pangulun setra (pura yang ada di dekat kuburan), memohon anugrah kehadapan Hyang Nini Betari Bagawati atau Ida Betari Durga Dewi. Adapun sarananya:
1. Daksina 1 buah
2. Uang kepeng sebanyak 17.000
3. Ketupat 2 kelan (1 kelan = 6 biji)
4. Arak & brem
5. Ketan hitam
6. Canang 11 biji
7. Canang tubungan, burat wangi lenga wangi, nyanyah (goreng tanpa minyak) gagringsingan, geti-getih (darah), dan biu mas (pisang kecil yang biasanya dipakai untuk membuat canang)

kemudian dipersembahkan secara niskala. Setelah itu bersila di depan paryangan, bersemadi dan tidak lupa dengan dupa menyan astanggi, heningkan batin. Kemudian ucapkan mantra:
“Om Ra Nini Batari Bagawati, turun ka Bali; ana wang mangkana; aminta kasih ring Paduka Batari, sira nunas turun ka mrecapada. Ana wang mangkana anunas kasaktian, manusa kabeh ring Bagawati, Sang Hyang Guru turun ka mrecapada. Ana wang manusa angawe Batara kabeh, turun ka Bali Sang Hyang Bagawati. Ana buta wilis, buta abang, ana buta jenar, ana buta ireng, ana buta amanca warna, mawak I Kalika, ya kautus antuk Batari Bagawati, teka welas asih ring awak sarinankune, pakulun Paduka Bagawati. Om Mam Am Om Mam, ana Paduka Batara Guru, teka welas asih, Bagawati manggih ring gedong kunci manik, teka welas asih ring awak sarinanku”.

Apabila sudah berhasil mendapatkan ilmu gaib tersebut, maka ada aturan yang harus dipatuhi. Orang yang memiliki ilmu gaib tersebut akan digjaya tidak terkalahkan, tidak bisa diungguli, dan semua akan tunduk kepadanya. Apabila mampu merahasiakannya, maka dalam 100 kali kelahiran akan menemui kebahagiaan dan kebebasan tertinggi. Dan bila meninggal dapat kembali ke sorga Brahmaloka, Wisnuloka, dan Iswaraloka. Tetapi bila ketahuan, apalagi sampai suka membicarakan, menyebarluaskan, dan tidak mampu merahasiakannya, maka dalam 1000 kali kelahiran akan menemui hina, neraka, disoroti oleh masyarakat, dan sudah pasti terbenam dalam kawah neraka Si Tambra Goh Muka.

Kebenaran agama

Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Membicarakan soal Kebenaran dan Agama


Membicarakan soal kebenaran dan agama, saya teringat sebuah kisah jenaka yang dituturkan oleh Anthony de Mello SJ. Kisahnya begini:

Pada suatu hari setan berjalan-jalan dengan seorang temannya. Mereka melihat seseorang membungkuk dan memungut sesuatu dari jalan.

“Apa yang ditemukan orang itu?” tanya si teman.
“Sekeping kebenaran,” jawab setan.
“Itu tidak merisaukanmu?” tanya si teman.
“Tidak,” jawab setan.
“Aku akan membiarkan dia menjadikannya kepercayaan agama.”

Pada akhir pengisahannya, mendiang Anthony de Mello menambahkan:
kepercayaan agama merupakan suatu tanda, yang menunjukkan jalan kepada kebenaran. Orang yang berpegang kuat-kuat pada petunjuk jalan itu, tidak bisa berjalan terus menuju kebenaran. Sebab, ia mengira sudah memilikinya.

Nah...sekarang..

* bagaimana dengan kita, dengan Anda dan saya?
* Apakah Anda sudah merasa memiliki kebenaran itu, sehingga tak boleh ada kebenaran lain walaupun sebetulnya lebih tinggi, lebih halus dan lebih mendalam ketimbang yang Anda klaim sebagai milik Anda itu?
* Saya rasa kita tak mau sedungu itu bukan?
* Tak mau hanya jadi kelinci percobaan dan bahan ejekan dari setan dan temannya itu bukan?


Bali, 1 Maret 2006.

************************************************
Kalau manusia mesti dikenal untuk bisa dicintai,
Maka malaekat mesti dicintai untuk bisa dikenal.
~anonymous.
************************************************

http://groups.yahoo.com/group/BeCeKa/message/ 740
oleh:NGestOE RAHardjo

Sumber wirajhana-eka.blogspot .co

ADAM DAN HAWA

Om Swastiastu, Om Awighnamastu Namo Siddham. Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.

Manu dan Adam. Keturunan Manakah Kita Secara Ilmiah?

Om Swastyastu,

Melihat banyaknya teori asal-usul manusia, rasa heran menyelimuti hati saya karena banyak teman Hindu yang seakan-akan tidak percaya dengan agama sendiri bahwa manusia pertama adalah Manu. Jika alasannya memang ingin berpikir ilmiah, itu bagus dan wajar maka marilah kita berpikir ilmiah. Untuk mengetahui sesuatu itu ilmiah tidaknya, bukankah kita perlu dukungan bukti? Di samping itu, masih ada lagi yang dapat mendukung yaitu teori ilmu pengetahuan modern dan pendapat para ilmuwan Barat.

Dari ratusan ilmuwan, berikut adalah pendapat dari tiga orang tokoh:

1. Gerald Heard mengatakan, ”Vedanta sangat ilmiah tentang – hukum-hukum yang mengatur alam semesta.”
2. Dr. Kenneth Walker yang menyanjung kebijaksanaan Veda dan mengatakan, ”Vedanta merupakan suatu usaha untuk meringkas seluruh pengetahuan manusia dan membuat manfaat seluruh pengalaman manusia. Pada suatu saat ia adalah agama, pada saat lainnya filsafat dan saat lainnya lagi ilmu pengetahuan.” Dengan kata lain tiga pilar ilmu pengetahuan dunia, terdapat di dalam kitab suci Hindu (Veda) yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.
3. Ralph Waldo Emerson: “Veda memuliakan hidup kita. Seluruh filsafat dan ilmu pengetahuan Barat tampak kecil dan tak berarti di hadapan Veda. Seluruh manusia di bumi ini harus kembali ke Veda.”


Teori Adam-Hawa:

Dalam kitab suci agama Abrahamik yang dengan tegas mengakui hanya Adam adalah manusia pertama dan berusaha menjelaskan bahwa mutasi dan evolusi genetislah yang menghasilkan ras berbeda. Hawa sebagai pasangan Adam tercipta dari tulang rusuk Adam. Dengan demikian secara ilmiah, gen yang dimiliki Adam seharusnya sama dengan gen yang dimiliki Hawa. Jika kedua pasangan ini kawin dan menghasilkan keturunan, maka sudah barang tentu keturunan yang dihasilkannya seharusnya memiliki gen yang sama.

Hanya saja kenapa saat ini ada banyak ras dengan genetik yang sangat jauh berbeda?

Agamawan dari kalangan Abrahamik menjelaskan bahwa perubahan itu akibat adanya evolusi karena mutasi. Hanya saja Ilmu pengetahuan modern saat ini menjelaskan bahwasanya mutasi tidak akan pernah menghasilkan keturunan yang bersifat menguntungkan bagi mahluk hidup bersangkutan. Sebagai contoh semangka yang dimutasi dapat menghasilkan semangka tanpa biji dimana selanjutnya semangka bersangkutan tidak akan mampu berkembangbiak secara normal.Demikian juga dengan sapi yang diradiasi untuk menghasilkan sapi yang memiliki ukuran besar juga tidak sanggup bertahan hidup dan berkembang biak secara normal. Bukti lain yang membantah pernyataan agamawan abrahamik yaitu jika orang asia hidup ditengah-tengan orang bule di eropa dalam waktu yang sangat lama dengan kebudayaan eropa tetapi mereka tidak pernah melakukan perkawinan silang dengan orang bule, apakah postur tubuh mereka berubah menjadi orang bule atau campurannya? Tentu tidak bukan. orang dengan ras asia tetap sama dimanapun mereka berada.

Teori Robert Charles Darwin:

Dalam sebuah bukunya yang berjudul The Origin of Species, tahun 1859, Darwin menyatakan, “manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme evolusi”. Darwin sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup terutama burung. Ia mengira bahwa variasi paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies berdasarkan konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.

Sangat disayangkan teori evolusi tersebut dimanfaatkan oleh kaum evolusionist, rasisme, Marxisme sebagai propaganda paham atheis, walaupun sebenarnya Darwin telah mengakui teorinya iru masih sangat lemah, karena belum didapatkan bukti-bukti adanya spesies antara. Sampai saat ini teori tersebut masih sangat eksis terutama di kalangan anak-anak pelajar bahwa kita manusia berasal dari kera. Selain itu, teori evolusi menyatakan bahwa keberadaan manusia modern seperti kita baru muncul sekitar 700.000 tahun yang lalu. Bukti ilmiah seperti bukti arkeologis, genetik, biomolekuler dan sebagainya tidak mendukung proses evolusi tersebut. Telah ditemukan pula jejak kaki manusia dan fosil serangga yang persis seperti sekarang berusia dua juta tahun. Bukti-bukti arkeologis, geologis telah terungkap dari penemuan-penemuan tengkorak manusia, fosil-fosil, artefak, dan alat-alat yang digunakan manusia pada masa itu telah terbukti menunjukkan berusia sekitar ratusan juta bahkan miliaran tahun. Bukti-bukti tersebut dibuktikan oleh Michael Cremo, seorang arkeolog senior, peneliti dan penganut Veda dari Amerika, dengan melakukan penelitian lebih dari 8 tahun. Dari berbagai belahan dunia termasuk juga dari Indonesia telah dapat mengungkapkan misteri peradaban Veda tersebut secara bermakna. Laporan tersebut ditulis dalam beberapa buku yang sudah diterbitkan seperti: Forbidden Archeology, The Hidden History of Human Race, Human Devolution: A Vedic alternative to Darwin’s Theory, terbitan tahun 2003. Dalam buku tersebut akan banyak ditemukan artefak, fosil-fosil, peninggalan-peninggalan berupa kendi, alas kaki dan sebagainya yang berusia ratusan juta tahun, dibuat oleh manusia yang mempunyai peradaban maju, tidak mungkin dibuat oleh kera atau primata yang lebih rendah.

Dengan demikian, teori modern benar-benar sangat tidak mendukung teori yang dikemukakan oleh Darwin. Teori evolusi sama sekali tidak dapat diterima. Ambil contoh, kucing-kucing lokal sebagaimana kita ketahui bulunya tidak terlalu tebal jika kita tempatkan mereka di Amerika yang bersuhu dingin, kucing-kucing tersebut tidak mungkin berevolusi menjadi kucing-kucing berbulu tebal untuk beradaptasi. Ida Sang Hyang Widhi telah sejak awal menentukan jenis-jenis makhluk hidup sesuai kemampuannya masing-masing dalam beradaptasi. Dalam kitab Brahma-vaivarta, Hyang Widhi telah menentukan terdapat 8.400.000 jenis spesies.

Sudah jelas, teori Adam-Hawa dan Charles Darwin tidak dapat diterima secara ilmiah.
Lalu, bagaimana otoritas Veda menjelaskannya?

Manu adalah Manusia Pertama:

Perlu diketahui ada hal yang sangat menarik antara Manu dan Adam. Umat Abrahamik di Indonesia mengatakan bahwa manusia pertama adalah Adam. Sesungguhnya hal ini sangat menggelikan. Kita perlu mengetahui terlebih dahulu asal-usul kata ‘manusia’. Kata ‘manusia’ terdiri dari dua kata Sansekerta yaitu ‘Manu’ dan ‘sia’. Manu adalah Manu itu sendiri, sedangkan ‘sia’ berarti keturunan. Jadi, ‘manusia’ artinya adalah seluruh keturunan Manu. Jadi, lucukan jika mereka mengaku diri sebagai manusia tapi mengaku diri sebagai keturunan Adam. Kembali ke penjelasan Veda tentang manusia pertama. Menurut Veda yang menjelaskan bahwa sampai saat ini di bumi ini telah muncul tujuh Manu dengan gambang menyatakan bahwa ras-ras yang berbeda yang ada saat ini berasal dari ketujuh Manu yang memiliki genetik yang berbeda dan perkawinan silang diantara mereka. Jadi keturunan dari Manu saat ini adalah kombinasi dari tujuh dan dapat merupakan kombinasi dari keturunanya lagi. Tentunya secara ilmiah teori ini dapat diterima dengan baik dan jauh lebih masuk akal dibandingkan dengan konsep Adam-Hawa dan Charles Darwin. Jadi yakinkah bahwa leluhur anda adalah Adam-Hawa dan kera? Seringkali pula kita mendengar bahwa kiamat sudah dekat. Benarkah kiamat sudah dekat? Veda menjelaskan bahwa kiamat akan terjadi pada saat Brahma yang merupakan arsitek alam semesta meninggal dunia pada usia beliau yang ke-100 tahun dalam satuan waktu alam Satya loka. Sebelum ke penjelasan selanjutnya, sebaiknya harus dimengerti terlebih dahulu bahwa waktu di bumi, berbeda dengan waktu di planet lain ataupun di dimensi lain sesuai dengan hukum relativitas ruang dan waktu. Jika kita dapat mengerti bahwa 1 hari di surga akan sama dengan 6 bulan di bumi, 1 hari di dimensi alam jin akan sama dengan 3 hari di dimensi kita di bumi. Demikian juga dengan alam/dimensi ruang yang lainnya. 100 tahun dewa Brahma jika dikonversikan dalam satuan waktu kita akan sama dengan 311,04 triliun tahun manusia. Sudah jelas bahwa penjelasan Veda sangat ilmiah karena sesuai dengan hukum relativitas ruang dan waktu.

Sekali lagi, yakinkah teman-teman bahwa leluhur kita adalah Adam-Hawa dan atau kera?

Om Santih Santih Santih Om